Jumat 03 Dec 2021 16:50 WIB

Jangan Sampai TransJakarta Dicap Transportasi tak Aman

Kecelakaan berulang membuat PT TransJakarta akan diaudit menyeluruh.

Red: Indira Rezkisari
Petugas berupaya mengevakuasi bus TransJakarta yang menabrak separator di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Jumat (3/12/2021). Menurut petugas penyebab kecelakaan bus TransJakarta bernomor polisi B 7277 TGC itu diduga akibat sopir yang kurang konsentrasi saat mengemudi.
Foto: Antara/Reno Esnir
Petugas berupaya mengevakuasi bus TransJakarta yang menabrak separator di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Jumat (3/12/2021). Menurut petugas penyebab kecelakaan bus TransJakarta bernomor polisi B 7277 TGC itu diduga akibat sopir yang kurang konsentrasi saat mengemudi.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Antara, Zainur Mahsir Ramadhan

Hari ini kecelakaan terkait bus TransJakarta kembali terjadi. Insiden hari ini, Jumat (3/12), hanya berselang satu hari dengan kecelakaan TransJakarta yang menabrak pos polisi di kawasan PGC Cililitan Jakarta Timur.

Baca Juga

Dalam kurun waktu 40 hari setidaknya ada lima kecelakaan terkait bus TransJakarta. Mulai dari kecelakaan di Cawang, Jakarta Timur, yang menyebabkan dua orang tewas, yakni sopir dan penumpang bus TransJakarta. Setelah itu kecelakaan tunggal di Senen, Gandaria, lalu kemarin di depan Pusat Grosir Cililitan (PGC). Dan, siang ini kecelakaan tunggal bus TransJakarta di depan Ratu Plaza Jalan Jenderal Sudirman Jakarta Selatan.

Pengamat perkotaan dan transportasi Yayat Supriatna mendesak dilakukan evaluasi terhadap manajemen TransJakarta menyusul lima kecelakaan yang terjadi dalam kurun waktu 40 hari terakhir. "Kalau sampai tiga kali berturut-turut ada kecelakaan dalam waktu satu bulan, harus evaluasi," kata Yayat, Jumat.

Pengamat dari Universitas Trisakti itu menilai manajemen harus menargetkan nihil kecelakaan setelah adanya evaluasi tersebut. Apalagi kecelakaan TransJakarta itu menyangkut nyawa manusia karena termasuk angkutan massal.

Tak hanya evaluasi dari manajemen, Yayat mendorong ada pemeriksaan menyeluruh kepada awak atau sopir bus dan armada bus terkait kelaikan. Dia menambahkan, kesalahan manusia menjadi salah satu faktor yang kerap menjadi penyebab kecelakaan.

Pemeriksaan awak bus itu menyangkut kesehatannya dan untuk pemeriksaan armada bus, apabila sudah berusia di atas lima tahun maka harus dilakukan pemeliharaan rutin. "Persoalan kesehatan mempengaruhi bagaimana dia membawa kendaraan, kemudian cek lagi kendaraannya apa laik jalan atau tidak, kalau usia kendaraan di atas lima tahun harus ada pemeliharaan rutin," katanya.

Badan Pembina BUMD DKI Jakarta mengungkapkan ada indikasi kinerja direksi TransJakarta tidak optimal dalam menjalankan fungsinya sehubungan rentetan kecelakaan armada transportasi publik Ibu Kota itu. "Nanti kami cek satu-satu termasuk mungkin saja ada direksi yang tidak melakukan fungsinya secara optimal," kata Pelaksana Tugas Kepala Badan Pembina BUMD DKI Jakarta, Riyadi.

Meski begitu, dia tidak secara rinci menyebutkan direksi yang diduga tidak menjalankan fungsi optimal tersebut karena evaluasi belum tuntas. Namun dia menjanjikan akan menyampaikan kepada publik hasil evaluasi termasuk kinerja para direksi sebelum 2022.

Dalam waktu dekat, badan pembina juga akan memanggil direksi untuk mengklarifikasi soal sejumlah kecelakaan yang menimpa armada yang dioperasikan untuk BUMD DKI Jakarta itu. "Nanti kami undang direksinya, penyebabnya apa, kami minta klarifikasi dulu," katanya.

Upaya audit kecelakaan TransJakarta juga akan melibatkan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). "Akan dilakukan audit menyeluruh soal keselamatan operasi. Dalam proses audit ini rencananya TransJakarta bekerja sama dengan KNKT," kata Riyadi.

Audit menyeluruh keselamatan operasional tersebut meliputi armada TransJakarta hingga menyangkut awak atau sopir bus yang mengendalikan kemudi transportasi massal tersebut. Menurut dia, KNKT merupakan lembaga yang memiliki kompetensi dalam menilai keselamatan transportasi

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement