Senin 06 Dec 2021 18:15 WIB

Pakar Unair Sebut Narsis Sebagai Kelalaian

Tidak jarang perilaku narsis di media sosial yang berujung petaka.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Agus Yulianto
Narsis (Ilustrasi)
Foto: ryanreed.me
Narsis (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Guru Besar Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga (Unair), Prof Rachmah Ida menyebut, sikap narsistik dalam bersosial media sebagai kelalaian. Pasalnya, tidak jarang perilaku narsis di media sosial yang berujung petaka. Seperti tren membagikan suatu momen yang berujung pencurian data oleh pihak tak bertanggung jawab.

“Jadi, memang betul media sosial itu dipakai ajang narsis. Karena, kita menyimpan memori-memori masa lalu secara gratis menggunakan penyimpanan cloud. Dari situ konsekuensinya orang menggunakan data kita. Itu juga karena kita sendiri kan yang mengunggah data-data tersebut,” ujarnya, Senin (6/12).

Rachmah menjelaskan, media sosial dulunya diciptakan sebagai penghubung bagi penggunanya untuk membangun jejaring sosial. Namun, belakangan fungsinya semakin variatif. Media sosial kini menjadi ruang dan ajang bagi individu untuk menunjukkan sisi lain dari kehidupan dan identitasnya.

Dari sana, pengguna media sosial dapat terbebas dari norma-norma yang mengekangnya di dunia nyata. Selain itu, media sosial juga menjadi ruang eksistensi bagi seseorang untuk mendapatkan perhatian dari banyak orang.

“Kalau di dunia nyata itu kan ada norma-norma, sehingga mereka tidak bisa melanggar dan terkungkung oleh norma-norma. Lalu mereka pakai media sosial karena di sana tidak ada yang mengawasi,” ujarnya.

Dia pun mengingatkan, tidak semua tren yang sedang ramai di sosial media perlu diikuti. Unggahan di media sosial juga sebisa mungkin hanya data-data aman yang dapat dibagikan. Beberapa data yang menurutnya tidak perlu dibagikan di antaranya nama ibu kandung, alamat rumah, tempat dan tanggal lahir. Sebab, data-data tersebut berhubungan dengan akun bank, sehingga sangat berisiko disalahgunakan.

Dia juga menyarankan, agar berhati-hati dalam mengunggah foto wajah. Mengingat, saat ini banyak sistem keamanan yang menggunakan pengenalan wajah. “Bisa saja foto kita dipakai untuk membuka kunci akun m-banking kita,” ujarnya.

Selain itu, kata dia, yang tak kalah penting, pencurian data dapat diminimalisir dengan menggunakan fitur privasi. Dimana hanya teman yang kita pilih saja yang dapat melihat atau mengakses foto-foto atau informasi tentang kita. Hal ini patut dilakukan, sebab seringkali kejahatan terjadi bukan dari teman, melainkan teman dari teman.

“Narsis boleh, narsis yang wajar yang tidak menunjukkan secara detail tentang siapa kita. Karena kita sendiri yang harus menjaga keamanan diri kita. Jadi, narsis boleh, tapi hati-hati,” kata dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement