Selasa 07 Dec 2021 18:29 WIB

Ruang Tumbuh Perbankan Syariah pada 2022 Masih Luas

Kinerja perbankan syariah didorong oleh pemulihan ekonomi dan tren gaya hidup halal.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Friska Yolandha
Pengunjung memilih ragam jenis busana muslim pada gelaran Indonesia Hijab Fest 2020 di Trans Studio Mall, Jalan Gatot Subroto, Kota Bandung, Ahad (8/11). Kinerja perbankan syariah utamanya didorong oleh pemulihan ekonomi, tren gaya hidup halal, serta kebijakan pemerintah yang mendukung pengembangan ekonomi syariah
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Pengunjung memilih ragam jenis busana muslim pada gelaran Indonesia Hijab Fest 2020 di Trans Studio Mall, Jalan Gatot Subroto, Kota Bandung, Ahad (8/11). Kinerja perbankan syariah utamanya didorong oleh pemulihan ekonomi, tren gaya hidup halal, serta kebijakan pemerintah yang mendukung pengembangan ekonomi syariah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ruang tumbuh bagi sektor perbankan syariah pada 2022 masih luas seiring berlanjutnya pemulihan ekonomi nasional. Chief Economist PT Bank Syariah Indonesia Tbk, Banjaran Surya Indrastomo menyampaikan, pada 2022, industri perbankan syariah diperkirakan akan melanjutkan pertumbuhan positif baik di sisi penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) maupun penyaluran pembiayaan.

"Kinerja perbankan syariah utamanya didorong oleh pemulihan ekonomi, tren gaya hidup halal, serta kebijakan pemerintah yang mendukung pengembangan ekonomi syariah," katanya dalam 'BSI Market Outlook 2022 Winning The Post-Pandemic Economy', Selasa (7/12).

Baca Juga

Menurut dia, penanganan kasus Covid-19 setelah gelombang kedua telah menunjukan hasil positif. Ini tecermin dari kasus yang terus melandai, vaksinasi yang meningkat, dan keterisian kamar rumah sakit oleh pasien terpapar Covid-19 yang menurun.

Kondisi tersebut mendorong pemerintah melakukan pelonggaran pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), sehingga kuartal III tahun 2021 ekonomi kembali menggeliat. Banjaran menilai, dengan pengalaman pemerintah yang baik dalam penanganan pandemi dan stimulus yang tepat di sektor ekonomi, jika ada gelombang krisis berikutnya ekonomi Indonesia tidak akan terlalu terguncang.

"Insya Allah, kalau kita melewati pekan ketiga dan keempat Desember ini tanpa adanya shock, karena siklusnya pandemi itu tiap beberapa bulan, insya Allah Januari 2022 kita akan flying, sehingga kita bisa recovery seperti yang kita mau," ujarnya.

Banjaran mengatakan, pulihnya konsumsi, investasi, serta kinerja positif ekspor akan mendukung pemulihan ekonomi Indonesia pada 2022. Pertumbuhan PDB diperkirakan dapat kembali ke level pre-pandemic pada kisaran lima persen.

Namun meningkatnya risiko global seperti mutasi varian Covid-19, inflasi, dan normalisasi kebijakan moneter global tetap perlu diwaspadai dampaknya terhadap pemulihan ekonomi. Di sisi lain, untuk ikut serta menopang pergerakan ekonomi ke arah lebih positif, BSI berperan aktif dalam penyaluran pembiayaan ke sektor riil.

Hingga kuartal III 2021, BSI telah menyalurkan pembiayaan di sektor perdagangan besar dan eceran Rp 14,72 triliun, sektor konstruksi Rp 13,74 triliun, sektor industri pengolahan Rp 9,75 triliun, sektor pertanian, perburuan, dan kehutanan sebesar Rp 8,62 triliun, sektor transportasi, pergudangan dan komunikasi sebesar Rp 4,64 triliun, dan sektor riil lainnya Rp 26,23 triliun.  

"Kami memang mendapat mandat menyalurkan dana bersubsidi untuk membantu recovery ekonomi, termasuk untuk UMKM yang kita komitmen sudah 23 persen, dan nanti 30 persen di 2023-2024," katanya.

Dalam kesempatan yang sama, Chief Economist PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Andry Asmoro memproyeksikan, ekonomi akan kembali bangkit secara bertahap ke level pra Covid pada pertengahan 2022. Dengan catatan, tidak terjadi lagi gelombang Covid-19 dan pemerintah terus melanjutkan program pemulihan.

Ia memprediksi sektor yang akan pulih terlebih dahulu dengan cepat adalah yang berhubungan dengan kebutuhan dasar. Seperti makanan dan minuman, durable goods, hingga kebutuhan bahan bakar.

Menurutnya, sektor di luar industri makanan dan minuman yang mulai bangkit akan menjadi indikator utama pemulihan. Karena hal tersebut mengindikasikan masyarakat Indonesia mulai percaya terhadap kondisi ekonomi yang semakin membaik.

"Ini yang perlu dijaga pemerintah dan semua pihak, bagaimana menjaga momentum pemulihan," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement