Gula Semut Desa Semedo Sukses Jadi Komoditas Ekspor

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Yusuf Assidiq

Proses pembuatan gula semut.
Proses pembuatan gula semut. | Foto: Dokumen.

REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS -- Melakukan diversifikasi produk gula dari gula cetak ke gula semut, ternyata mampu meningkatkan kesejahteraan para petani di Desa Semedo, Kecamatan Pekuncen, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Dari awalnya hanya laku dengan harga murah di pasar tradisional, kini produk mereka telah menjadi komoditas ekspor.

"Dulu penghasilan saya paling besar Rp 50 ribu sehari. Itu juga kalau harga gula cetak sedang tinggi," ujar Katun Budiono (49 tahun) yang merupakan penderes nira kelapa di Desa Semedo.

Sejak 2003, Katun sudah bekerja sebagai penyadap nira untuk kemudian diproduksi menjadi gula cetak. Pada saat itu, harga gula cetak sangat murah yakni Rp 1.500 per kilogram, dengan yang paling mahal Rp 5.000 per kg.

Dengan penghasilan tersebut tentunya tidak cukup untuk membiayai kehidupan Katun dan keluarga kecilnya. Kemudian semua itu perlahan berubah di 2011. Saat itu, ada pendatang dari desa tetangga yang memberikan ide untuk memproduksi gula semut.

Awalnya, Katun dan para petani lain merasa ragu untuk beralih memproduksi gula semut. Tapi kemudian mereka tergiur dengan harga gula semut yang lebih tinggi. "Jadi pada 1 Juni 2012 kami (para petani) membentuk kelompok tani. Namanya kelompok tani Manggarjaya," ujar Katun.

Manggarjaya menjadi kelompok tani pertama yang kemudian memperkenalkan gula semut pada para penyadap nira di Desa Semedo. Pendiri Koperasi Semedo Manise Sejahtera, Akhmad Sobirin, menjadi ketua kelompok tani tersebut.

Dari awalnya hanya mendampingi dua kelompok tani, Koperasi Semedo Manise, kini telah mendampingi hampir 1.000 petani gula semut di sepuluh desa di Kecamatan Pekuncen, pada tahun ini.

Gula semut hasil produksi dari Desa Semedo dan sekitarnya, telah dipasarkan ke seluruh Indonesia melalui berbagai marketplace, minimarket, dan supermarket. Selain konsumen ritel, pembeli gula semut ini juga berasal dari industri makanan dan minuman.

Harga gula semut berkisar antara Rp 20 ribu hingga Rp 21 ribu per kg. Tidak hanya harganya yang lebih tinggi, ternyata gula semut juga merupakan komoditas yang sangat bernilai untuk ekspor. Menurut Sobirin, dengan target pasar ekspor, para petani tentunya memerlukan pendampingan dari mulai produksi hingga memasarkan.

"Komoditas ini pasarnya ekspor, jadi secara kualitas kan harus dijaga supaya ada kontrol standar. Di lain sisi petani tidak hanya objek saja, tapi juga pelaku utama," jelas Sobirin, yang merupakan Ketua Koperasi Semedo Manise Sejahtera.

Kelompok tani kemudian menggandeng swasta dan pemerintah untuk bekerja sama dalam pemasaran produk, hingga perbankan agar para petani mendapatkan Kredit Usaha Rakyat (KUR).

Pada 2018, Desa Semedo menjadi bagian dari program pemberdayaan masyarakat bidang kewirausahaan dari Yayasan Dharma Bakti Astra yang bertajuk Kampung Berseri Astra. Dengan menjadi bagian dari Desa Sejahtera Astra (DSA), para petani mendapatkan pendanaan untuk penyediaan alat untuk sekitar 700 petani serta diikutsertakan dalam berbagai program DSA lainnya.

Berkat pendampingan dari program ini, para petani gula kelapa bisa membentuk Koperasi Semedo Manise Sejahtera pada September tahun ini. Desa Semedo, sebagai sentra produksi gula semut, telah mengekspor sekitar 20-30 ton per bulan selama pandemi.

Jumlahnya meningkat dua kali lipat dari sebelum pandemi yang rata-rata mengekspor sekitar 15-20 ton. Desa ini memiliki sekitar 30 ribu pohon dengan luas 150 hektare.

Produk gula semut para petani ini telah diekspor ke Asia, Australia, Eropa, hingga Amerika. Meski baru beroperasi, koperasi memiliki target besar untuk merambah pasar ekspor lebih luas lagi. "Rencananya mau ke pasar Timur Tengah," kata Sobirin.

Menurut Sobirin, selama pandemi permintaan tetap meningkat tajam di awal tahun. Penurunan permintaan, justru selalu terjadi menjelang akhir tahun. Saat ini penurunan permintaan terjadi akibat kelangkaan kapal.

Meski akibat hal tersebut ekspor turun menjadi 10-15 ton, tapi bahan baku di tingkat petani tetap diserap koperasi. "Produksi di tingkat petani tidak ada kekurangan jadi tetap kami serap. Di tingkat kami yang memang kesulitan dan terhitung stagnan," ungkapnya.

Tingkatkan kesejahteraan petani

Berawal dari hanya Desa Semedo, kini para petani dari sembilan desa lainnya juga ikut serta di dalam koperasi. Kesejahteraan petani menjadi faktor utama untuk mendukung bisnis ini tetap berjalan.

Menurut Katun, sekarang seluruh petani sudah memiliki BPJS Ketenagakerjaan, yang sangat diperlukan mengingat pekerjaan mereka yang tergolong berbahaya. "Memanjat pohon kelapa itu berbahaya, bahkan ada yang sampai meninggal karena terjatuh," kata dia.

Kendati penghasilan mereka sudah membaik, sekarang koperasi tengah berencana untuk ekspansi agar dapat lebih meningkatkan taraf hidup para petani.

Koperasi kini tengah melakukan upaya diversifikasi produk ke virgin coconut oil (VCO). Selain itu, koperasi juga mulai melakukan pendampingan untuk membuat produk-produk kriya.

Contohnya, hampers yang berisi produk-produk mereka seperti gula semut, VCO, sedotan bambu, dan gelas kayu. Bahan baku yang digunakan berasal dari hasil kayu di desa-desa tersebut, seperti kayu jati, sengon dan alba.

Dengan bertambahnya jenis usaha di koperasi, tentunya ini membuka lapangan pekerjaan baru. Menurut Katun, para istri petani gula diwajibkan untuk ikut serta dalam pembuatan hampers. "Supaya menambah penghasilan keluarga kami juga," kata Katun.

Selain itu, koperasi juga menggandeng para pemuda di seluruh desa kelompok tani. "Untuk kriya kita gandeng anak-anak muda untuk direkrut menjadi tim. Mungkin di tahun depan sudah mulai berkembang karena di setiap desa ada," jelas Sobirin.

Terkait


Kerajinan Bangku Stool Berbahan Kayu Jati

Kerajinan Bangku Stool Berbahan Kayu Jati

Kementan Dorong Pengembangan Hilirisasi dan Ekspor Pangan

Bea Cukai Maksimalkan Potensi Ekspor Produk UMKM

Kasus Covid-19 Membaik, Jokowi Dorong Pengusaha Ekspansi

Republika Digital Ecosystem

Kontak Info

Republika Perwakilan DIY, Jawa Tengah & Jawa Timur. Jalan Perahu nomor 4 Kotabaru, Yogyakarta

Phone: +6274566028 (redaksi), +6274544972 (iklan & sirkulasi) , +6274541582 (fax),+628133426333 (layanan pelanggan)

[email protected]

Ikuti

× Image
Light Dark