Rabu 08 Dec 2021 17:52 WIB

Bencana Mengancam, Saatnya Fokus pada Mitigasi Pariwisata

Apabila terjadi bencana alam apa yang harus dilakukan.

Red: Karta Raharja Ucu
Kondisi pertanian warga yang mengering dengan latar Gunung Semeru terlihat dari Dusun Curah Koboan, Pronojiwo, Lumajang, Jawa Timur, Rabu (8/12/2021). Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menghimbau agar masyarakat tidak beraktivitas dalam radius 1 Km dari kawah Gunung Semeru dan jarak 5 kilometer arah bukaan kawah di sektor tenggara ? selatan, serta mewaspadai awan panas guguran, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai yang berhulu di puncak Gunung Semeru.
Foto: Antara/Zabur Karuru
Kondisi pertanian warga yang mengering dengan latar Gunung Semeru terlihat dari Dusun Curah Koboan, Pronojiwo, Lumajang, Jawa Timur, Rabu (8/12/2021). Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menghimbau agar masyarakat tidak beraktivitas dalam radius 1 Km dari kawah Gunung Semeru dan jarak 5 kilometer arah bukaan kawah di sektor tenggara ? selatan, serta mewaspadai awan panas guguran, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai yang berhulu di puncak Gunung Semeru.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bencana alam yang melanda sejumlah wilayah di Indonesia, mulai dari banjir di sejumlah wilayah sampai meletusnya Gunung Semeru, dinilai menjadi momentum untuk berbicara soal mitigasi pariwisata. Ahli Strategi Pariwisata Nasional, Taufan Rahmadi mengatakan, mitigasi pariwisata adalah hal mutlak karena objek-objek wisata unggulan Indonesia dominannya berada di daerah rawan bencana.

"Oleh karena itu mitigasi pariwisata itu disosialisasikan tahapan-tahapannya, SOP-nya. Apabila terjadi bencana alam seperti gunung meletus, banjir, tsunami, apa yang harus dilakukan," kata Taufan saat berbincang dengan Republika.co.id, Ahad (5/12) malam.

Mitigasi pariwisata juga diperlukan, seperti pada era pandemi apa yang harus para pemangku kepentingan lakukan terhadap industri pariwisata. Menurut Taufan, perlu ada exit way sehingga ketika ada bencana tidak gagap tetapi sudah tahu apa rule of the game atau rule of the action. "Jadi kita bisa tahu melakukan tahapan-tahapan pemulihan pariwisata," ucap dia.

Intinya, Taufan menyarankan, kebijakan pariwisata Indonesia harus bisa mengambil jalan tengah atau tourism diplomation. Perlu ada moderasi pariwisata agar pemulihan ekonomi bisa berjalan.

"Solusi jalan tengah kebijakan pariwisata Indonesia di tengah-tengah pandemi dilakukan dengan cara pembatasan, bukan menutup destinasi berdampingan dengan Covid-19," ucap dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement