Rabu 08 Dec 2021 18:18 WIB

WHO: Varian Omicron Sudah Menyebar di 57 Negara

WHO ingatkan potensi peningkatan rawat inap Covid-19 akibat varian omicron.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Reiny Dwinanda
Kapal pesiar milik Norwegian Cruise Line. Salah satu kapalnya yang berlabuh di New Orleans, AS pada Ahad ditemukan mengangkut 17 kru-penumpang positif Covid-19, salah satunya terinfeksi varian omicron.
Foto: EPA
Kapal pesiar milik Norwegian Cruise Line. Salah satu kapalnya yang berlabuh di New Orleans, AS pada Ahad ditemukan mengangkut 17 kru-penumpang positif Covid-19, salah satunya terinfeksi varian omicron.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, varian omicron telah menyebar di 57 negara. WHO juga memperingatkan bahwa jumlah pasien yang membutuhkan rawat inap kemungkinan akan meningkat seiring dengan penyebaran varian baru tersebut secara meluas.

Dalam laporan epidemiologi mingguan, WHO mengatakan, butuh lebih banyak data untuk menilai tingkat keparahan Covid-19 yang disebabkan oleh varian omicron. Kemungkinan mutasi varian tersebut dapat mengurangi perlindungan yang diberikan vaksin Covid-19 yang saat ini beredar juga masih menjadi tanda tanya.

 

"Bahkan, jika tingkat keparahannya sama atau bahkan berpotensi lebih rendah daripada varian delta, maka rawat inap akan meningkat," ujar pernyataan WHO.

 

Pada 26 November, WHO menyatakan bahwa varian omicron yang pertama kali terdeteksi di Afrika selatan sebagai varian yang mengkhawatirkan. Varian omicron adalah strain SARS-CoV-2 kelima.

 

Jumlah kasus Covid-19 yang dilaporkan di Afrika Selatan naik berlipat ganda dalam sepekan. Hingga 5 Desember, jumlah kasus naik menjadi lebih dari 62 ribu. Peningkatan tertinggi terjadi di Eswatini, Zimbabwe, Mozambik, Namibia, dan Lesotho.

 

"Analisis awal menunjukkan bahwa mutasi yang ada dalam varian omicron dapat mengurangi aktivitas penetralan antibodi yang mengakibatkan berkurangnya perlindungan dari kekebalan alami," ujar WHO.

 

Kepala penelitian laboratorium di Institut Penelitian Kesehatan Afrika di Afrika Selatan, mengatakan, sebagian varian omicron dapat menghindari perlindungan dari dua dosis vaksin Covid-19 yang diproduksi oleh Pfizer Inc dan BioNTech. Ilmuwan yang pertama kali mendeteksi galur baru omicron, Sikhulile Moyo, khawatir dengan varian Covid-19 yang bermutasi sangat cepat.

 

Kecepatan mutasi juga menimbulkan pertanyaan tentang evolusi varian Covid-19. Moyo, yang merupakan direktur Botswana Harvard HIV Reference Laboratory dan peneliti di Harvard TH Chan School of Public Health mengatakan, virus tidak mengakumulasi mutasi dalam satu langkah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement