Rabu 08 Dec 2021 19:28 WIB

Ini Klarifikasi Kemenkes Terkait Kabar Masuknya Varian Omicron

Kemenkes terus mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada dan jangan sampai lengah.

Red: Andi Nur Aminah
Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dr. Siti Nadia Tarmizi M-Epid
Foto: Istimewa
Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dr. Siti Nadia Tarmizi M-Epid

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengungkapkan, dari hasil pemeriksaan Whole Genome Sequencing (WGS) yang terus dilakukan pemerintah secara intensif, varian baru Covid-19 Omicron belum terdeteksi di Indonesia.

"Informasi ini sekaligus mengklarifikasi sejumlah pemberitaan yang mengatakan adanya pasien yang terpapar varian baru omicron," kata Nadia dalam keterangannya, Rabu (8/12).

Baca Juga

Namun, sambung Nadia, Kemenkes terus mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada dan jangan sampai lengah dalam menjalankan protokol kesehatan yang ketat. Hingga kini, pemerintah terus mengantisipasi munculnya varian omicron. Termasuk mengawasi kasus omicron di dalam negeri meski tak ada riwayat perjalanan ke luar negeri.

"Kita tetap melakukan pengetatan di pintu masuk negara. Tapi kita tetap berhati-hati karena kemungkinan adanya varian omicron yang dideteksi tanpa ada riwayat perjalanan ke luar negeri

Ia mengemukakan, di beberapa negara yang melaporkan adanya omicron, seperti Spanyol dan Amerika Serikat diketahui muncul varian omicron tanpa adanya riwayat perjalanan luar negeri dari yang terpapar. "Artinya itu menjadi perhatian kita untuk berhati-hati. Yang pasti kita harus berhati-hati dengan varian baru seperti omicron," ucapnya.

Saat ini, sekitar 45 negara di dunia melaporkan adanya varian Omicron. Artinya, penyebarannya cukup cepat sejak dilaporkan kemunculannya pada 24 November tahun ini.

Sejak 26 November 2021 varian omicron masuk dalam Variant of Concern (VoC). Ia mengingatkan, kelompok lansia berpotensi paling terkena dampak terhadap varian omicron seperti yang terjadi di Jerman.

"Seperti di Jerman dan di banyak negara lain itu adalah kelompok lansia yang paling akan berdampak," tuturnya. Maka itu, Nadia mengatakan, pemerintah akan memprioritaskan kelompok lansia untuk mendapatkan vaksin booster.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement