Rabu 22 Dec 2021 15:04 WIB

Peneliti IPB Buat Enzim Deteksi Virus Corona, PCR Bisa Lebih Murah

Selama ini, enzim RT untuk PCR didapatkan dari impor.

Rep: Shabrina Zakaria/ Red: Dwi Murdaningsih
Peneliti IPB Joko Pamungkas menunjukkan inovasi enzim untuk deteksi virus COVID-19 di Rektorat Andi Hakim Nasution, IPB University, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (21/12/2021). Peneliti IPB berhasil mengembangkan enzim rekombinan yang berperan dalam bidang bioteknologi dan biologi molekuler terutama dalam teknik PCR/RT-PCR untuk mendeteksi virus COVID-19 serta kit antibodi COVID-19 berbasis ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay) yang diaplikasikan untuk pasien pasca vaksinasi dan pasien pasca penyembuhan penyakit COVID-19.
Foto: ANTARA/Arif Firmansyah
Peneliti IPB Joko Pamungkas menunjukkan inovasi enzim untuk deteksi virus COVID-19 di Rektorat Andi Hakim Nasution, IPB University, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (21/12/2021). Peneliti IPB berhasil mengembangkan enzim rekombinan yang berperan dalam bidang bioteknologi dan biologi molekuler terutama dalam teknik PCR/RT-PCR untuk mendeteksi virus COVID-19 serta kit antibodi COVID-19 berbasis ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay) yang diaplikasikan untuk pasien pasca vaksinasi dan pasien pasca penyembuhan penyakit COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR --  Sejumlah peneliti IPB University berhasil mengembangkan enzim reverse transcriptase (RT) inventpro® untuk keperluan molekuler yang dapat digunakan pada alat PCR. Karena produksi dilakukan di dalam negeri, enzim RT inventpro® mudah diperoleh dengan harga terjangkau sehingga dapat mewujudkan pemeriksaan Covid-19 melalui PCR dengan harga yang lebih murah.

Para peneliti IPB University tersebut terdiri atas pakar virologi yang juga dosen Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) IPB University, Joko Pamungkas. Selain itu, ada dua peneliti dari Pusat Studi Satwa Primata-Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (PSSP-LPPM), Uus Saepuloh dan Diah Iskandriati. Para peneliti menggandeng mitra bisnis PT Biomedical Technology Indonesia (PT BMTI). 

Baca Juga

Joko menyebutkan, enzim RT inventpro® ini mudah diperoleh karena diproduksi di dalam negeri. Selain itu, harga yang ditawarkan bisa seperempat lebih murah dibandingkan dengan produk enzim RT premium yang biasa dikomersialisasikan.

“Produk ini juga diandalkan keunggulannya sebagai pendongkrak tingkat komponen dalam negeri (TKDN). Ini salah satu solusi mengurangi importasi enzim RT, yang bisa menggantikan komponen impor dalam alat PCR,” kata Joko, Rabu (22/12).

Saat ini, Joko melanjutkan, ketersediaan enzim RT sepenuhnya disuplai oleh pihak industri komersial luar negeri. Alhasil, semua kegiatan penelitian maupun pemanfaatan enzim RT Indonesia sangat bergantung kepada impor reagen ini.

Pihaknya bersama BMTI akan memproduksi enzim RT inventpro® tahun depan. Diperkirakan, akan diproduksi 1.000 kit dalam sebulan dan ditawarkan ke pasar-pasar yang membutuhkan enzim RT.

“Kemudian akan dicarikan pasarnya untuk peneliti di PT atau di lab-lab diagnostik umum yang membutuhkan enzim RT. Bisa juga untuk pemeriksaan Covid-19 melalui PCR Merah Putih,” katanya.

Sementara itu, Rektor IPB University, Arif Satria menilai pengembangan enzim RT ini luar biasa. Para peneliti IPB dapat mengembangkan produk yang biasa diimpor menjadi diproduksi di dalam negeri.

Senada dengan Joko, Arif mengatakan, produk enzim RT inventpro® ini bisa diperoleh dengan harga 25 persen atau 1/4 lebih murah dibandingkan dengan produk enzim RT impor.

“Kalau kata Pak Presiden PCR harus murah, nah ini dari IPB University. Jadi, PCR murah mungkin terjadi. Dengan mengurangi beban impor, ini cara kita mendorong sumber daya lokal dimanfaatkan dengan baik,” jelasnya.

Direktur BMTI, Gunadi, menambahkan saat ini produksi enzim RT inventpro® tengah dalam persiapan dan fasilitas produksi. Dengan adanya enzim RT inventpro® yang dikembangkan IPB University bersama BMTI, dia optimistis TKDN dalam alat PCR nasional dapat meningkat sekitar 60 persen.

Baca juga : Hasil Tes PCR Negatif, Egy Siap Lawan Singapura

Selain itu, dia melanjutkan, BMTI juga telah melakukan studi pasar. Baik di dalam internal maupun eksternal IPB University, juga pada bidang penelitian dan komersial.

“Kita melihat pada pasar juga, sambutannya baik. Saya rasa peningkatannya akan cepat di tahun depan akan cepat meningkat,” ujar Gunadi.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement