Rabu 22 Dec 2021 23:47 WIB

Minimnya Akses Internet Jadi Tantangan Bagi Difabel Bangkit dari Pandemi

Minimnya Akses Internet Jadi Tantangan Bagi Difabel Bangkit dari Pandemi

Red: Bayu Hermawan
Penyandang disabilitas (ilustrasi)
Foto: ANTARA/Harviyan Perdana Putra
Penyandang disabilitas (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Survei Sosial Ekonomi Nasional 2021 menunjukan hanya 9 persen penyandang disabilitas yang mendapatkan akses internet. Kondisi ini memprihatinkan, mengingat, akses internet menjadi sesuatu yang penting untuk mengembangkan ekonomi digital, dan difabel juga memiliki hak membantu pemulihan ekonomi melalui pengembangan ekonomi digital.

"Hal ini menjadi tanggung jawab pemerintah untuk menyediakan internet bagi semua pihak, termasuk difabel," kata Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Nailul Huda pada Alinea Forum Online, Selasa (12/21).

Baca Juga

Di sisi lain, difabel tidak bisa menunggu lebih lama lagi ketersediaan internet. Sebab, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2021, pandemi Covid-19 menyebabkan 38,57 persen tenaga kerja difabel kehilangan pekerjaannya.

"Pada 2019, pekerja difabel berjumlah 366.350 orang dan pada 2020 jumlahnya berkurang 38,57 persen menjadi 255.048 pekerja," jelasnya. 

Untuk itu, menjalankan bisnis daring bisa menjadi pilihan bagi difabel untuk bangkit sekaligus membantu memulihkan ekonomi. Untuk itu, Nailul menyarankan agar difabel berkolaborasi dengan pihak lain, sehingga mempercepat proses masuk ke e-commerce.

Hal itu diyakininya bisa berdampak positif bagi kaum difabel maupun negara. Pasalnya, Indef menemukan kalau ekonomi digital memberikan kemudahan dan seharusnya juga bisa dimanfatkan difabel untuk berdaya saing.

Public Affairs Senior Lead Tokopedia Aditia Grasio Nelwan mengatakan, Tokopedia hadir menciptakan ekosistem yang inklusif, menyasar semua kalangan, termasuk penyandang difabel.

"Kami ingin memberikan cara yang mudah dan nyaman untuk memenuhi kebutuhan pengguna sehingga bisa fokus dalam mengembangkan bisnisnya. Kami mendukung siapapun untuk mulai saja dulu, semua selalu ada, dan selalu bisa," jelasnya.

Dengan mengedepankan inklusifitas, Tokopedia berkeyakinan setiap orang yang mempunyai niat dalam berusaha bisa menemukan peluang. Sehingga Tokopedia terus mengupayakan berbagai kemudahan dan memberikannya kepada pengguna, termasuk difabel.

Bahkan belum lama ini, Tokopedia meluncurkan fitur voice over. Fitur ini memudahkan penyandang difabel netra menggunakan platform Tokopedia. Jauh sebelumnya, kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) Tokopedia telah menyasar kepada difabel, agar mereka bisa mandiri secara sosial dan ekonomi.

"Sejak 2018 kami melakukan pemberdayaan kepada teman-teman difabel di delapan provinsi. Ada pendampingan bisnis, bantuan alat produksi, hingga pelatihan e-commerce," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement