Kamis 23 Dec 2021 18:49 WIB

WHO: Infeksi Omicron Berlipat Ganda Setiap 1,5 Hari

Varian Omicron menyebar lebih cepat dibandingkan varian Delta.

Rep: Adysha Citra Ramadhani/ Red: Dwi Murdaningsih
 Orang-orang berjalan melewati papan reklame yang mengundang warga untuk memakai masker wajah untuk mengekang penyebaran COVID-19, di Nottingham, Inggris, Senin 20 Desember 2021. Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengungkapkan bahwa infeksi varian Omicron bisa berlipat ganda setiap 1,5-3 hari.
Foto: ap/Mike Egerton/PA
Orang-orang berjalan melewati papan reklame yang mengundang warga untuk memakai masker wajah untuk mengekang penyebaran COVID-19, di Nottingham, Inggris, Senin 20 Desember 2021. Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengungkapkan bahwa infeksi varian Omicron bisa berlipat ganda setiap 1,5-3 hari.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengungkapkan bahwa infeksi varian Omicron bisa berlipat ganda setiap 1,5-3 hari. Untuk mengendalikan penyebaran ini, Ghebreyesus mengimbau agar acara pertemuan di momen libur panjang tahun baru ditunda atau dibatalkan.

"Sebuah acara dibatalkan merupakan hal yang lebih baik dibandingkan satu nyawa terenggut," jelas Ghebreyesus, seperti dilansir The Guardian.

Baca Juga

Ghebreyesus mengatakan pertemuan atau perayaan yang mengundang berkumpulnya banyak orang dapat memicu peningkatan kasus Covid-19. Terlebih ada varian Omicron yang diketahui dapat menular lebih cepat. Lonjakan kasus bisa membuat sistem kesehatan kewalahan dan kematian menjadi lebih banyak terjadi.

Ghebreyesus juga mengungkapkan bahwa varian Omicron menyebar lebih cepat dibandingkan varian Delta. Selain itu, varian baru ini bisa menyebabkan infeksi pada orang yang sudah vaksinasi atau sudah pernah terkena Covid-19 sebelumnya.

Chief Scientist WHO Soumya Swaminathan menambahkan, merupakan hal yang tidak bijak untuk mengambil kesimpulan bahwa varian Omicron menyebabkan gejala lebih ringan hanya berdasarkan temuan awal. Varian Omicron diketahui dapat menghindari dari sebagian respons imun.

"Dengan angka (kasus) yang meningkat, semua sistem kesehatan akan berada di bawah tekanan," ujar Swaminathan.

Pernyataan Ghebreyesus dan Swaminathan sejalan dengan temuan terbaru dalam studi yang dilakukan peneliti Imperial College London. Studi mereka menemukan bahwa risiko reinfeksi akibat varian Omicron di atas lima kali lipat lebih tinggi dan tak menunjukkan tanda bahwa varian tersebut lebih ringan dibandingkan Delta.

Swaminathan mengatakan masih belum banyak hal yang diketahui mengenai cara mengatasi varian baru ini. Alasannya, varian ini baru diketahui bulan lalu dan penelitian membutuhkan waktu.

"Tentu ada tantangan, banyak dari monoklonal yang tak bekerja dengan Omicron," ungkap Swaminathan.

Varian Omicron pertama kali ditemukan di Afrika Selatan pada November. Saat ini, banyak negara telah mengidentifikasi keberadaan Omicron di negara mereka. Di Indonesia, kasus varian Omicron pertama terdeteksi pada Rabu (15/12) di Wisma Atlet.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement