Senin 27 Dec 2021 18:10 WIB

Hati-Hati Pasukan Garuda, Faktor Pengalaman adalah Senjata Andalan Thailand

Tiga penggawa Thailand saat ini, ada di skuad utama mereka saat juara Piala AFF 2016.

Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: Gilang Akbar Prambadi
Pesepak bola Timnas Indonesia Ezra Walian (kiri) melakukan selebrasi dengan rekan-rekannya usai menjebol gawang Timnas Singapura dalam pertandingan Semi Final Leg 2 Piala AFF 2020 di National Stadium, Singapura, Sabtu (25/12/2021).
Foto: ANTARA/Humas PSSI
Pesepak bola Timnas Indonesia Ezra Walian (kiri) melakukan selebrasi dengan rekan-rekannya usai menjebol gawang Timnas Singapura dalam pertandingan Semi Final Leg 2 Piala AFF 2020 di National Stadium, Singapura, Sabtu (25/12/2021).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Timnas Thailand menjadi satu-satunya penghalang timnas Indonesia untuk bisa meraih gelar juara pertama di pentas Piala AFF. Timnas Thailand akan menghadapi timnas Indonesia dalam laga final Piala AFF 2020, yang bakal digelar dengan format dua kali pertemuan. 

Leg pertama partai puncak edisi ke-13 turnamen sepak bola paling bergengsi antara negara di kawasan Asia Tenggara itu akan digelar pada Rabu (29/12) di Stadion Nasional Singapura. Kemudian berselang dua hari kemudian, kedua tim akan kembali berhadapan di laga leg kedua. 

Baca Juga

Ini menjadi pertemuan keempat antara kedua tim di partai puncak Piala AFF. Dari tiga pertemuan terakhir, Thailand selalu mampu mengalahkan Indonesia. Terakhir, keduanya saling berhadapan di partai final Piala AFF 2016. Pada saat itu, Thailand sukses membungkam Indonesia dengan skor agregat, 3-2. 

Langkah Thailand dalam menembus partai final Piala AFF 2020 terbilang impresif. Setelah menyapu bersih kemenangan di babak penyisihan Grup A, tim besutan Aleksandar Polking itu bisa menyingkirkan Vietnam dengan skor agregat, 2-0, di babak semifinal. Dalam langkah menuju partai final, Thailand tercatat mengemas 12 gol dan hanya kebobolan satu gol. 

Kehadiran pemain-pemain berpengalaman, seperti Teerasil Dangda, Theerathon Bunmathan, dan Chanathip Songkrasin, dinilai menjadi senjata utama Thailand di sepanjang partisipasi di Piala AFF 2020. Pengalaman ini terlihat jelas dalam kematangan permainan tim berjuluk Changsuek tersebut di atas lapangan. 

''Thailand mungkin tidak seistimewa Vietnam dalam hal permainan, tapi mereka jauh lebih matang. Merka diisi pemain-pemain yang lebih berpengalaman, yang bahkan sudah beberapa kali tampil di final Piala AFF,'' tutur pengamat sepak bola, Muhamad Kusnaeni, kepada republika.co.id, Senin (27/12).

Dengan kematangan dan kecerdikan itu, ujar Kusnaeni, Thailand bisa membongkar pertahanan tim lawan, termasuk saat mencetak dua gol ke gawang Vietnam di laga leg pertama. Kematangan dan kecerdikan permainan ini yang mesti diwaspadai timnas Indonesia di partai final Piala AFF 2020. 

''Thailand itu mengandalkan kepintaran dalam mengekploitasi kesalahan lawan. Lawan yang cepat dan agresif dilawan dengan kepintaran, dengan cara //wall pass// atau //one-two pass// dan akhirnya bisa membongkar pertahanan lawan,'' ujar Kusnaeni. 

Terassil Dangda, Theerathon Bunmathan, dan Chanathip Songkrasin, merupakan sejumlah pemain yang tersisa di skuad Thailand saat menjungkalkan Indonesia di partai final Piala AFF 2016. 

Di sisi lain, skuad Indonesia di Piala AFF 2020 justru diisi oleh para pemain muda dengan rataan usia di bawah 23 tahun. Alhasil, pengalaman dan kematangan menjadi senjata andalan utama Thailand dalam menjinakan permainan tim Garuda.

Mantan penyerang Garuda, Kurniawan Dwi Yulianto bereaksi.

Ia berharap para juniornya mempertahankan sisi positif yang selama ini ditunjukkan. Sebuah tim dengan semangat juang tinggi, penuh determinasi, dan cukup produktif saat menyerang.

Namun tetap saja ada sesuatu yang perlu diperbaiki. Sebab, jika dibiarkan, bakal menjadi bumerang. 

"Para pemain tidak boleh teledor, karena tim yang kita hadapi cukup matang. Jangan sampai melakukan pelanggaran dekat penalti box, karena set piece terkadang bisa menjadi penentu sebuah tim memenangkan pertandingan," kata Kurniawan saat dihubungi republika.co.id, Senin (27/12).

Ia mencontohkan, saat melawan Singapura pada leg kedua semifinal, gawang Nadeo Argawinata dua kali kebobolan lewat bola mati. "Jadi para pemain harus sabar, tapi tidak mengurangi agresivitas mereka," ujar Kurniawan, menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement