Kamis 30 Dec 2021 16:45 WIB

Ancaman Omicron di Libur Tahun Baru untuk Lansia dan Difabel

Lansia dan disabilitas adalah dua kelompok yang paling rentan terserang Covid-19.

Red: Karta Raharja Ucu
Sejumlah warga berusia lanjut mengikuti vaksinasi COVID-19 pada pelaksanaan gerai Vaksinasi Presisi di Alun-alun Ciamis, Jawa Barat, Rabu (8/12/2021). Pemerintah menargetkan capaian vaksinasi COVID-19 dosis pertama bagi orang lanjut usia (lansia) sebanyak 21.553.118 orang dan baru mencapai 11.727.829 orang atau 54,41 persen.
Foto: ANTARA/Adeng Bustomi
Sejumlah warga berusia lanjut mengikuti vaksinasi COVID-19 pada pelaksanaan gerai Vaksinasi Presisi di Alun-alun Ciamis, Jawa Barat, Rabu (8/12/2021). Pemerintah menargetkan capaian vaksinasi COVID-19 dosis pertama bagi orang lanjut usia (lansia) sebanyak 21.553.118 orang dan baru mencapai 11.727.829 orang atau 54,41 persen.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: dr. Corona Rintawan, Wakil Ketua Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) & Emergency Operations Specialist Australia Indonesia Health Security Partnership (AIHSP)

Hingga pertengahan Desember 2021, lebih dari 100 juta rakyat Indonesia telah menerima vaksin Covid-19 dosis ke-2. Namun hingga kini, baru 7 juta lansia yang telah mendapatkan vaksin dosis ke-2. Padahal, data Satgas Covid-19 menunjukkan angka kematian terbesar akibat Covid-19 ada di kelompok lansia, yaitu sebesar 46,8 persen. Sementara kelompok disabilitas, hingga saat ini belum ada data resmi, berapa yang sudah mendapatkan vaksin Covid-19.

Di tengah keriuhan liburan akhir tahun ini, saya ingin mengajak kita semua untuk berefleksi. Ketika kita melakukan perjalanan untuk berlibur dan bertemu sanak saudara, kita juga akan bertemu banyak orang. Di antara mereka, mungkin ada yang termasuk kelompok rentan yang belum dapat mengakses vaksin, sehingga kita mungkin membawa risiko bagi mereka.

Hal ini menjadi semakin penting di tengah risiko masuknya varian Omicron dari virus Covid-19 ke Indonesia. WHO dalam lembar teknisnya menyatakan penyebaran varian Omicron ini jauh lebih cepat daripada varian lain (termasuk varian Delta). Hal ini tentu akan membawa risiko lebih besar bagi kelompok rentan, terutama lansia dan kelompok disabilitas yang belum mendapatkan vaksin.

 

 

 

“tidak ada orang yang aman sampai semua orang aman”.

Banyak dari penyandang disabilitas mengalami kekerasan dan pengabaian. Sebelum pandemi, fasilitas pendidikan dan kesehatan pun sudah sulit diakses oleh kelompok disabilitas, dan pandemi Covid-19 menjadikan mereka makin rentan berkali lipat.

Salah satu tantangan adalah sulitnya mengakses informasi yang mereka butuhkan. Informasi yang dapat dikonsumsi oleh mereka dengan disabilitas sensori, bahkan lebih sulit ditemukan.

Selain itu, dukungan fasilitas bagi mereka untuk menjalani protokol kesehatan masih kurang memadai, misalnya; tingginya tempat pengukuran suhu untuk orang dengan disabilitas fisik, tempat cuci tangan yang tidak bisa diakses orang dengan kursi roda, hingga sulitnya mengakses berbagai layanan. Orang dengan disabilitas kerap memerlukan layanan regular, yang karena pandemi, tidak bisa mereka lakukan akibat risiko kunjungan ke rumah sakit tinggi.

Kelompok rentan lainnya adalah lansia. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2021 , penduduk usia lanjut atau di atas 60 tahun di Indonesia sebanyak 26 juta jiwa, dengan hampir separuh dari mereka mengalami keluhan kesehatan. Lansia sangat membutuhkan akses layanan kesehatan untuk pengobatan jangka panjang seperti dalam kasus hipertensi, diabetes, penyakit jantung dan ginjal.

Tanpa kondisi Covid-19, kemungkinan komplikasi dari penyakit-penyakit tersebut sudah tinggi, dan keterbatasan akses layanan kesehatan serta infeksi Covid-19 menyudutkan mereka pada risiko yang lebih tinggi. Vaksinasi perlu dipercepat agar warga senior kita terhindar dari infeksi berat dan kematian karena Covid-19.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement