Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ersya Fadhila Damayanti

Kesejahteraan bagi Difabel yang Masih Diwarnai Kesenjangan

Eduaksi | Monday, 03 Jan 2022, 15:06 WIB
Ilustrasi penyandang disabilitas yang masih minim dalam pemenuhan hak. (Sumber: Freepik)

Bak jatuh tertimpa tangga, Covid-19 membuat penyandang disabilitas makin merana. Belum selesai dengan problematika sulitnya mencari pekerjaan, pandemi ini turut menyurutkan harapan. Ketenagakerjaan penyandang disabilitas semakin terancam. Mayoritas bergelut di sektor informal, penyandang disabilitas rentan terjatuh ke jurang kemiskinan. Belum lagi, masalah kesehatan masih terus mengintai. Lalu, bagaimana para disabilitas menjaga hajat hidupnya di masa krisis ini?

Sudah menjadi rahasia umum jika pandemi berimbas pada banyak aspek kehidupan. Adanya pandemi ini memengaruhi berbagai bidang di lingkungan masyarakat. Sektor pendidikan hingga ekonomi ikut merasakan imbasnya. Dampak yang lebih parah tentunya semakin terasa bagi para penyandang disabilitas. Adanya keterbatasan kemampuan dan fisiknya membuat usaha bertahan di masa pandemi jauh lebih berat.

Menilik dari segi kesehatan, penyandang disabilitas termasuk ke dalam kelompok rentan. Golongan masyarakat ini dinilai memiliki kekebalan imun yang lebih rendah dibandingkan yang lainnya. Oleh karena itu, penyandang disabilitas cenderung lebih rawan untuk tertular penyakit Covid-19. Hal ini mengakibatkan mobilitas golongan disabilitas lebih terbatas.

Sulitnya Akses Kesehatan

Contoh lainnya, beberapa penderita disabilitas memiliki keterbatasan fisik dimana mereka sulit menggerakkan bagian tubuhnya. Hal ini menyulitkan mereka untuk menjaga kebersihan dan kesehatan sebagaimana seharusnya. Misalnya, beberapa disabilitas memiliki ketidakmampuan untuk membersihkan diri sendiri dengan mencuci tangan dan mandi secara teratur.

Para penderita disabilitas juga tidak dapat menjalankan pemeriksaan rutin ke rumah sakit secara berkala seperti biasanya. Seperti kita ketahui, saat ini banyak rumah sakit yang difokuskan untuk pasien yang terdeteksi positif terkena Covid-19.

Tidak sedikit rumah sakit yang kekurangan perawat untuk pasien penyakit lainnya karena banyaknya jumlah pasien penyakit Covid-19 yang harus mendapatkan penanganan khusus demi menghentikan penularan virusnya kepada pasien dan orang lain di rumah sakit. Pergi periksa ke rumah sakit sendiri adalah suatu hal yang memiliki risiko tinggi dalam kondisi seperti ini hingga banyak penderita disabilitas yang tidak dapat melakukan pemeriksaan dan mendapatkan obat-obatan yang dibutuhkan sebagaimana biasanya.

Terhalang Kebijakan Pemerintah

Adanya regulasi mengenai pembatasan beraktivitas di luar rumah seperti biasanya juga berimbas terhadap para penyandang disabilitas. Para penyandang disabilitas sulit menjalani kegiatan sehari-hari. Baik aktivitas yang dapat dilakukan secara mandiri maupun yang membutuhkan pertolongan, mayoritasnya sulit dilakukan.

Penderita disabilitas mental merupakan salah satu kelompok yang paling merasakan dampak dari regulasi ini. Bagi mereka yang memiliki tekanan yang berasal dari lingkup internal, rumah adalah penjara. Kebutuhan keluar rumah dan berinteraksi dengan orang lain sulit terpenuhi. Imbasnya, kondisi mental yang dimilikinya kian hari semakin memburuk akibat pandemi yang terus berlangsung ini.

Memang, penderita disabilitas lainnya ada yang masih melakukan pekerjaan sehari-hari secara mandiri. Meskipun begitu, usaha pencarian nafkahnya takkan berjalan mulus. Kondisi pandemi dengan adanya regulasi larangan untuk bersosialisasi dan bekerja sama dengan orang lain juga berdampak langsung terhadap penderita disabilitas yang memiliki keterbatasan dalam kegiatan sehari-hari sehingga membutuhkan orang lain untuk membantunya karena hal tersebut dapat menjadi salah satu jalan untuk penyakit Covid-19 menular satu sama lain.

Perburuk Kondisi Ekonomi

Salah satu sektor yang paling terimbas Covid-19 adalah perekonomian. Sama halnya dengan masyarakat lain, kondisi ekonomi semakin buruk kondisinya bagi keluarga disabilitas. Hal ini tecermin di beberapa keluarga disabilitas hingga menjadi alasan kuat mengapa kesejahteraan disabilitas patut menjadi perhatian. Apalagi, adanya pemutusan hubungan kerja (PHK) semakin menyulitkan perekonomian. Bagi disabilitas, mendapat pekerjaan butuh usaha ekstra. PHK bagi penyandang disabilitas tentunya menjadi pukulan yang amat berat.

Kondisi perekonomian disabilitas semakin terpuruk karena kurangnya dukungan atas program bantuan pemerintah. Para disabilitas mengalami kesulitan saat mengakses bantuan dari pemerintah. Contohnya, hingga kini, pendataan warga penyandang disabilitas masih buruk. Tentunya, hal ini menyebabkan banyak penyandang disabilitas belum menerima bantuan sosial yang disediakan oleh pemerintah. Selain itu, keluarga kerap menyembunyikan anggota keluarga disabilitasnya. Entah karena malu atau alasan lainnya, beberapa keluarga enggan mendata penyandang disabilitas kepada petugas survei.

Seluruh masyarakat tentunya mengalami kesusahan selama masa pandemi, tidak terkecuali para penderita disabilitas yang ada di Indonesia. Oleh karena itu, banyak masyarakat yang diberi kelebihan dalam hal fisik maupun materi yang bekerja sama untuk membantu meringankan kesusahan yang dialami oleh para penderita disabilitas, seperti memberikan bantuan berupa materi. Pemerintah juga telah memberikan perhatian lebih terhadap penderita disabilitas dengan cara menyediakan rumah sakit yang masih menyisakan kuota bagi pada penderita disabilitas di tengah-tengah ramainya pasien yang terdeteksi positif Covid-19.

Beberapa panti penderita disabilitas juga menerima bantuan berupa uang atau barang lainnya, baik dari pemerintah maupun masyarakat setempat, sehingga penderita disabilitas dapat menjalankan aktivitas yang dibutuhkan sebagaimana biasanya. Tidak hanya dalam segi materi, banyak masyarakat yang juga memberikan bantuan dalam segi hiburan dari media sosial sehingga para penderita disabilitas, terutama disabilitas mental, tidak merasakan kesepian yang memperparah keadaan yang telah dialaminya.

Diperlukan kerja sama dari berbagai pihak, mulai dari petugas kesehatan yang bertanggung jawab atas pada penderita disabilitas, pemerintah, serta masyarakat yang berada di dekat penderita disabilitas untuk membantu mengurangi beban yang dirasakan selama masa pandemi. Adanya bantuan yang datang diharapkan dapat membantu dan menghibur penderita disabilitas di tengah wabah penyakit Covid-19 yang tak kunjung usai.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image