Selasa 04 Jan 2022 17:55 WIB

Penjelasan BMKG Soal Potensi Lahar Dingin Merapi di Puncak Musim Hujan

Masyarakat tetap diminta untuk waspada terhadap adanya potensi banjir lahar dingin

Rep: Silvy Dian Setiawan / Red: Hiru Muhammad
Gunung Merapi mengeluarkan guguran lava pijar terlihat dari Srumbung, Magelang, Jawa Tengah, Senin (3/1/2022). Menurut data BPPTKG periode pengamatan Senin (3/1) pukul 00:24 WIB dan Selasa (4/1) pukul 00:00-06:00 WIB secara visual Gunung Merapi teramati 32 kali mengeluarkan guguran lava pijar dengan jarak luncur maksimal 1.800 m ke arah barat daya.
Foto: Antara/Andreas Fitri Atmoko
Gunung Merapi mengeluarkan guguran lava pijar terlihat dari Srumbung, Magelang, Jawa Tengah, Senin (3/1/2022). Menurut data BPPTKG periode pengamatan Senin (3/1) pukul 00:24 WIB dan Selasa (4/1) pukul 00:00-06:00 WIB secara visual Gunung Merapi teramati 32 kali mengeluarkan guguran lava pijar dengan jarak luncur maksimal 1.800 m ke arah barat daya.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA--Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) DIY mengatakan, banjir lahar dingin Gunung Merapi masih berpotensi terjadi di DIY. Meskipun begitu, potensi aliran lahar dingin ini diperkirakan tidak terlalu besar saat masuknya puncak musim hujan.

Masyarakat tetap diminta untuk waspada terhadap adanya potensi banjir lahar dingin ini, terutama masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan aliran sungai yang berhulu di Merapi. Puncak musim hujan di DIY sendiri diperkirakan akan terjadi pada Januari hingga Februari 2022.

Baca Juga

"Masih ada potensi lahar dingin (mengalir) karena potensi (curah) hujan di daerah hulu atau Merapi pada Januari dan Februari itu pada kategori menengah hingga tinggi," kata Kepala Kelompok Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Sleman, BMKG DIY, Etik Setyaningrum kepada Republika, Selasa (4/1).

Kabid Penanganan Darurat BPBD DIY, Lilik Andi Aryanto juga mengatakan, intensitas curah hujan yang ada di puncak Merapi tidak terlalu tinggi. Hal ini menjadikan lahar dingin yang mengalir juga tidak banyak.

Berdasarkan data dari BMKG DIY, kata Lilik, diperkirakan aliran lahar dingin hanya 1,5 juta sampai tiga juta meter kubik. Dengan begitu, aliran lahar dingin ini tidak sampai ke pemukiman warga atau hanya mengalir hingga lima kilometer dari puncak Merapi.

"(Lahar dingin) Meluncur ke bawah ini perkiraannya hanya sampai lima kilometer dari puncak, sehingga masih jauh dari warga. 2010 dulu kan sampai 150 juta meter kubik, sehingga sangat berbeda yang dulu itu (alirannya sampai ke) Sleman, Bantul dan Kota Yogya itu kena semua," kata Lilik.

Dengan begitu, kata Lilik, di puncak musim hujan juga diperkirakan aliran lahar dingin ini masih aman dari pemukiman warga. Namun, ia tetap meminta agar warga tetap waspada terhadap potensi-potensi bencana yang dapat terjadi di puncak musim hujan.

"Untuk lahar dingin informasi dari BPPTKG ini aman, kalau saat puncak hujan terutama (wilayah) di tepi-tepi sungai kalau ada rekahan (talud) agar waspada dan menjauh dari lokasi tersebut. Karena dari beberapa kejadian tahun lalu itu, ada beberapa talud yang ambrol," ujarnya.

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement