Rabu 05 Jan 2022 21:20 WIB

Teladan Kesungguhan Imam Syafii Menuntut Ilmu: Disiplin Waktu

Generasi salaf sangat peduli dengan waktu selama menuntut ilmu

Rep: Muhyiddin/ Red: Nashih Nashrullah
Generasi salaf sangat peduli dengan waktu selama menuntut ilmu. Demi Waktu. Ilustrasi
Foto: .
Generasi salaf sangat peduli dengan waktu selama menuntut ilmu. Demi Waktu. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Waktu seperti pedang yang setiap saat bisa memotong kepala kita jika kita tidak memperhatikan waktu dengan seksama.

Sebab itulah, Allah ﷻ telah mengingatkan manusia lewat surat Al Ashr ayat 1-3 agar tidak menyia-nyiakan waktu.    

Baca Juga

Para ulama salaf telah memberikan teladan tentang cara berguru dan menuntut ilmu agama.

Direktur Pusat Studi Konstitusi dan Hukum Islam IAIN Surakarta, Ustadz Musta’in Nasoha, menjelaskan para ulama salaf itu tidak pernah menyia-nyiakan waktunya, kecuali bersama dengan ilmu. 

“Misalnya, kita melihat bahwa Imam Syafii itu paling tidak senang kalau pergi ke tukang cukur. Karena, daripada mencukur lebih baik mencari ilmu. Jadi, kalau mencukur rambutnya itu beliau cepat-cepat, karena ingin segera mencari ilmu,” kata dia kepada Harian Republika, beberapa waktu lalu. 

Bahkan, dalam satu kitab dikatakan, Imam Syafii pernah agak diprotes oleh tukang cukurnya. Imam Syafii tolong berhenti sebentar. Karena, kalau tidak berhenti mulut kamu terpotong. Tapi, Imam Syafii mengatakan, ‘’Lebih baik lidahku terpotong daripada aku harus satu detik berhenti, murajaah Alquran.” 

Selain itu, bapaknya Ibnu Taimiyah juga pernah menjual apa yang dia miliki untuk membayar orang duduk di depan kamar mandinya. Karena, setiap bapaknya ini masuk ke kamar mandi, beliau ingin di dalam kamar mandi pun tetap mendengarkan ilmu. Jadi, begitu semangatnya ulama zaman dulu dalam mencari ilmu.

Kemudian, para ulama zaman dulu itu juga sangat berhati-hati di dalam makan dan minum. Jadi, sangat banyak contoh-contoh teladan dari generasi ulama zaman dulu dalam mencari ilmu. Karena itu, para kiai kita juga sangat berhati-hati dalam membangun Pondok Pesantren Al-Muayyad.

Bahkan, pasir yang dibawa ke pondok itu disucikan terlebih dahulu untuk menjaga dari najis. Makanan yang disuguhkan kepada para tukang juga makanan yang benar-benar halal. 

“Jadi, jangan sampai tercampur dengan perkara-perkara yang haram, karena akan menjadikan sebab sulitnya ilmu masuk ke dalam diri kita,” tutur dia.     

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement