Kamis 06 Jan 2022 13:44 WIB

Tony Blair Dapat Gelar Ksatria Inggris Tapi Diprotes Warga, Ada Apa?

Lebih dari 700 ribu warga Inggris serukan pencabutan gelar ksatria pada Tony Blair

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Christiyaningsih
Presiden Joko Widodo (tengah) berjalan bersama mantan perdana menteri Inggris yang juga Executive Chairman Institute for Global Change Tony Blair (kiri) dan CEO SoftBank Masayoshi Son (kanan) saat menyambut kunjungan mereka di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (28/2/2020).  Lebih dari 700 ribu warga Inggris serukan pencabutan gelar ksatria pada Tony Blair. Ilustrasi.
Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Presiden Joko Widodo (tengah) berjalan bersama mantan perdana menteri Inggris yang juga Executive Chairman Institute for Global Change Tony Blair (kiri) dan CEO SoftBank Masayoshi Son (kanan) saat menyambut kunjungan mereka di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (28/2/2020). Lebih dari 700 ribu warga Inggris serukan pencabutan gelar ksatria pada Tony Blair. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON – Lebih dari 700 ribu warga Inggris telah menandatangani petisi daring hanya dalam empat hari yang berisi tuntutan agar gelar ksatria mantan perdana menteri Inggris Tony Blair dicabut. Menurut mereka, Blair tak layak menerimanya karena perannya dalam perang Irak.

Dalam petisi itu disebutkan bahwa mantan pemimpin Partai Buruh itu adalah orang yang paling tidak pantas mendapatkan kehormatan publik. Petisi menyerukan agar Blair bertanggung jawab atas kejahatan perang yang dilakukannya.

Baca Juga

“Tony Blair menyebabkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki, baik pada konstitusi Inggris maupun pada tatanan masyarakat bangsa. Dia secara pribadi bertanggung jawab atas kematian tak terhitung banyaknya nyawa warga sipil dan prajurit dalam berbagai konflik,” demikian bunyi petisi tersebut dikutip laman Aljazirah, Rabu (5/1/2022).

Kerajaan Inggris baru saja menganugerahkan gelar Knight Companion of the Most Noble Order of the Garter kepada Tony Blair. Gelar itu merupakan sebuah ordo ksatria tertua dan paling senior di Inggris. Blair, yang menjabat perdana menteri Inggris selama satu dekade, yakni pada 1997-2007, sudah menghadapi arus kritik atas keterlibatannya dalam invasi pimpinan Amerika Serikat (AS) pada 2003.

Invasi AS menjadi jalan pembuka bagi tumbangnya rezim mantan presiden Irak, Saddam Hussein. Namun setelah kejatuhannya, Irak justru terlibat dalam konflik menahun. Hal itu menyebabkan ratusan ribu warga sipil di sana terbunuh.

Untuk membenarkan invasi, Blair dan mantan presiden AS saat itu, George Bush telah menyebut Hussein sebagai ancaman global. Namun hingga Saddam Hussein dieksekusi, bahkan hingga kini, AS dan Inggris tak pernah menemukan senjata pemusnah yang ditudingkan dimiliki Hussein.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement