Kamis 06 Jan 2022 19:09 WIB

Tren Peningkatan Kasus Covid-19, Mayoritas tanpa Gejala

Satgas Covid-19 mendorong untuk melakukan pengendalian kasus Covid-19.

Rep: Dessy Suciati Saputri, Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Ratna Puspita
Kendaraan melintasi Jalan Tol Dalam Kota di Jalan Gatot Subroto di Jakarta, Kamis (6/1/2022). DKI Jakarta berstatus Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 2 sejak 4 hingga 17 Januari 2022.
Foto: Prayogi/Republika.
Kendaraan melintasi Jalan Tol Dalam Kota di Jalan Gatot Subroto di Jakarta, Kamis (6/1/2022). DKI Jakarta berstatus Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 2 sejak 4 hingga 17 Januari 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, sejumlah indikator kasus Covid-19 mengalami tren kenaikan selama dua pekan terakhir. Tren kenaikan tersebut terlihat pada empat indikator, yakni kasus positif, kasus aktif, positivity rate, serta BOR isolasi. 

Pada indikator kasus positif, Satgas mencatat terjadinya tren peningkatan dalam 14 hari terakhir. Meskipun peningkatan harian cenderung fluktuatif, penambahan kasus harian terakhir telah mencapai angka 404.

Baca Juga

“Meningkat cukup signifikan jika dibandingkan dengan kasus harian 2 minggu sebelumnya yaitu hanya 136 kasus,” kata dia saat konferensi pers, Kamis (6/1/2021).

Kedua, yakni tren peningkatan pada jumlah kasus aktif harian dalam seminggu terakhir. Wiku mengatakan, pada minggu lalu jumlah kasus aktif sebesar 4.300 kasus, tetapi jumlah kasus aktif naik menjadi 4.800 per 5 Januari 2022. 

Indikator ketiga yakni positivity rate atau proporsi orang yang dideteksi positif dari keseluruhan orang yang dites. Pada indikator ini juga menunjukan tren kenaikan meskipun cenderung fluktuatif jika dilihat per hari.

“Jika pada 2 minggu lalu positivity rate harian adalah sebesar 0,07 persen, saat ini meningkat menjadi 0,19 persen,” tambah Wiku.

Terakhir yakni peningkatan yang terjadi pada keterisian tempat tidur nasional atau BOR isolasi di rumah sakit rujukan. Kenaikan ini konsisten terjadi dalam 14 hari terakhir. Pada 2 minggu lalu, keterisian tempat tidur isolasi hanya sebesar 1,38 persen, sedangkan saat ini telah meningkat menjadi 3,35 persen.

Di sisi lain, ia mengatakan, dua indikator menunjukan tren penurunan, yakni angka kematian harian dan angka keterisian tempat tidur atau BOR untuk ICU. Pada angka kematian harian menunjukan tren penurunan dalam 14 hari terakhir meskipun cenderung fluktuatif.

Sedangkan pada angka keterisian tempat tidur atau BOR ICU terlihat terjadinya tren penurunan dalam 10 hari terakhir di saat BOR isolasi justru mengalami peningkatan. Dalam 10 hari lalu, keterisian BOR ICU mencapai sebesar 3,95 persen dalam satu hari. Namun angka ini mulai mengalami penurunan dan saat ini menjadi 3,23 persen dalam sehari.  

Berdasarkan tren kenaikan dan penurunan indikator, peningkatan kasus yang terjadi saat ini cenderung tak bergejala atau bergejala ringan. Wiku mengatakan, tren kenaikan dan penurunan pada indikator tersebut menunjukan adanya tingkat penularan dan jumlah orang positif yang tidak diikuti dengan kebutuhan perawatan dan kematian.

“Hal ini menunjukan kasus yang saat ini terjadi cenderung tidak bergejala atau bergejala ringan,” kata dia.

Menurut Wiku, hal ini dapat terjadi karena karakteristik varian Omicron yang menginfeksi masyarakat saat ini cenderung bergejala ringan dan tanpa gejala. Selain itu, adanya kekebalan yang terbentuk di masyarakat baik karena tertular maupun vaksinasi.

“Namun, fenomena ini tentu perlu untuk dipelajari lebih lanjut dengan metode penelitian yang baik dan benar sebelum dapat disimpulkan sebabnya,” tambahnya.

Terbanyak DKI

Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 melaporkan kasus harian Covid-19 di Indonesia bertambah 533 orang terkonfirmasi positif, dengan penambahan terbanyak di DKI Jakarta. Menurut data Satgas Penanganan Covid-19 yang diterima pada Kamis hari ini, sebanyak 267 kasus baru positif Covid-19 di DKI Jakarta.

Kemudian, Kepulauan Riau (123), Jawa Timur (25), Jawa Barat (24) dan Banten (21). Penambahan kasus sembuh COVID-19 paling banyak terjadi di Papua Barat (68), diikuti dengan DKI Jakarta (50), Jawa Barat (27), Jawa Timur (20) dan Jawa Tengah (14).

Sedangkan penambahan kasus meninggal akibat Covid-19 terjadi di enam provinsi dengan rincian Jawa Tengah sebanyak dua orang, DKI Jakarta sebanyak satu orang, Sumatera Utara sebanyak satu orang, DI Yogyakarta sebanyak satu orang, Sulawesi Utara sebanyak satu orang dan Jambi sebanyak satu orang. Dengan penambahan kasus harian nasional positif COVID-19 sebanyak 533 orang maka total kasus Covid-19 di Indonesia hingga saat ini mencapai 4.264.669 orang sejak kemunculan kasus pertama Covid-19 pada Maret 2020.

Secara nasional, kasus sembuh Covid-19 bertambah 209 orang sehingga total menjadi 4.115.358 orang, dan kasus kematian akibat Covid-19 bertambah tujuh sehingga jumlah keseluruhan tercatat sebanyak 144.116 orang.

Dengan demikian, kasus aktif Covid-19 bertambah sebanyak 317 orang menjadi 5.195 orang. Sementara suspek Covid-19 tercatat sebanyak 5.088 orang, dan total 274.727 spesimen telah diperiksa pada hari ini.

Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti mengatakan, sekitar 74 persen kasus aktif Covid-19 di DKI adalah pelaku perjalanan luar negeri. Menurutnya, jumlah 81 persen dari kasus baru harian juga merupakan pelaku perjalanan tersebut.

“Kita perlu mewaspadai penularan ini. Varian Omicron juga meningkat di Jakarta,” kata Widyastuti dalam keterangannya, kemarin malam.

Widyastuti menambahkan, dari 251 orang terinfeksi omicron, sekitar 239 orang di antaranya, atau 95 persen, nyatanya juga pelaku perjalanan luar negeri. Jumlah itu kata dia, berbeda jauh dengan transmisi lokal yang hanya 12 kasus.

“Kepada masyarakat, diimbau agar mengikuti peraturan yang berlaku selama masa pandemi Covid-19 yang masih berlangsung,” lanjut Widyastuti. 

Kendalikan kasus

Kendati tanpa gejala, Wiku menegaskan, tren kenaikan pada keempat indikator menunjukan terjadinya peningkatan penularan di masyarakat. Wiku mengatakan, kenaikan sejumlah indikator ini menjadi alarm dini untuk melakukan pengendalian kasus.

“Pada beberapa waktu terakhir, data mulai menunjukan perkembangan yang kurang baik pada beberapa indikator kasus. Hal ini sudah seharusnya menjadi kewaspadaan kita bersama, terutama mengingat kunci keberhasilan pencegahan lonjakan kasus adalah kesigapan penanganan sedini mungkin,” kata Wiku. 

Karena itu, ia meminta masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaannya terhadap perkembangan kasus varian Omicron. Ia menambahkan, perlu langkah pengendalian dini agar tak terjadi lonjakan kasus, yakni dengan memasifkan testing dan tracing, serta mengoptimalkan kerja posko untuk menggalakkan kedisiplinan prokes 3M.

“Artinya, jika tidak dikendalikan sejak saat ini jumlah orang positif yang meningkat ini dapat menulari lebih banyak orang dan berpotensi menimbulkan kenaikan kasus yang lebih tinggi lagi di masyarakat,” jelas Wiku.

Widyastuti juga berpendapat bahwa semua pihak harus tetap menggunakan masker, mencuci tangan, menjaga jarak, dan menjauhi kerumunan. Selain itu, ia mengimbau, masyarakat DKI mengurangi mobilitas di masa PPKM level 2 ini.

photo
Infografis Gejala Omicron Muncul Setelah 48 Jam - (republika.co.id)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement