Selasa 11 Jan 2022 14:30 WIB

Ridwan Kamil Kaget Ada di Posisi Kedua Simulasi Cawapres 

Ridwan Kamil berada diurutan kedua dengan raihan 15,3 persen.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (kanan) bersama istri Atalia Praratya.
Foto: Antara/Raisan Al Farisi
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (kanan) bersama istri Atalia Praratya.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil terus menjadi sorotan dalam berbagai survei. Nama pria yang akrab disapa Emil ini, berada di papan atas dalam simulasi 12 nama calon wakil presiden berdasarkan hasil survei dari lembaga Indikator.

Hasil tersebut merupakan salah satu temuan dalam survei nasional bertajuk Pemulihan Ekonomi Pasca Covid-19, Pandemic Fatigue, dan Dinamika elektoral jelang Pemilu 2024 yang dilakukan pada 6 hingga 11 Desemberi 2021.

Saat responden diberikan pertanyaan siapa Wakil Presiden yang akan dipilih jika Pilpres diadakan saat ini, hasil survey menunjukkan Ridwan Kamil berada diurutan kedua dengan raihan 15,3 persen di bawah Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Uno yang meraih 25 persen. Setelah Sandiaga Uno dan Ridwan Kamil, nama berikutnya adalah Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono yang meraih 12 persen. 

Menanggapi hasil survei ini, Ridwan Kamil mengaku terkejut. Karena, dia hanya satu urutan di bawah Sandiaga Uno yang memiliki pengalaman mengikuti Pilpres 2019. 

“Pertama, jujur saja saya kaget berada di urutan kedua di bawah bang Sandi (Sandiaga Uno) yang pernah jadi cawapres waktu Pilpres kemarin. Tapi, tentu saya apresiasi karena ini kan datang dari pilihan masyarakat, meskipun itu hanya persepsi hari itu saja (saat survei dilakukan) kan,” ujar Emil, Selasa (11/1/2021).

Menurut Emil, dia tak ingin berbagai hasil survei dari lembaga--khususnya yang berkaitan dengan pemilihan presiden--membuatnya mengaburkan fokusnya menjalankan tugas sebagai Gubernur Jawa Barat. Apalagi, berdasarkan pengalamannya, ada kinerja politik yang tidak bisa terbaca oleh survei. 

Contohnya, saat maju menjadi calon Wali Kota Bandung pada tahun 2013, hasil surveinya dimulai dari 6 persen. Pada akhirnya, usai pencoblosan, dia dan Oded dinyatakan memenangkan kontestasi politik dengan meraih suara 45 persen.

Emil pun, memberi contoh lain, saat Pemilihan Gubernur Jawa Barat, tingkat keterpilihan salah satu pesaingnya dalam survei hanya 12 persen. Ketika saat pemilihan, meski kalah, pesaingnya itu bisa meraih 29 persen suara.

"Ada kerja-kerja politik yang tidak terbaca oleh survei. Tapi, kalau konteks survei, lebih relevan ketika nama-nama calon sudah resmi dipasangkan,” katanya.

Dalam keterangan yang diterima, populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah berumur 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan

Penarikan sampel menggunakan metoda multistage random sampling dengan jumlah sampel basis sebanyak 1.220 orang yang tersebar proporsional di 34 provinsi serta dilakukan penambahan 800 responden di Jawa Timur.

Metoda ini memiliki toleransi kesalahan (margin of error) kurang lebih 2,9 persen, pada tingkat kepercayaan 95 persen. Responden terpilih diwawancara lewat tatap muka oleh pewawancara yang telah ditlatih. 

Quality control terhadap hasil wawancara dilakukan secara random sebesar 20 persen dari total sampel oleh supervisor dengan kembali mendatangi responden terpilih (spot check) dan hasilnya tidak ditemukan kesalahan berarti.

Simulasi 12 Nama Calon Wakil Presiden dalam Survei Indikator: Sandiaga Uno 25 persen, Ridwan Kamil 15,3 persen, Agus Harimurti Yudhoyono 12 persen, Erick Tohir 7,9 persen, Airlangga Hartarto 7,3 persen, Khofifah Indar Parawansa 6,3 persen, Puan Maharani 2,9 persen, M Mahfud MD 2,1 persen, Bambang Soesatyo 0,8 persen, Muhaimin Iskandar 0,6 persen, Zulkifli Hasan 0,6 persen, dan Ahmad Syaikhu 0,6 persen. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement