Jumat 14 Jan 2022 22:18 WIB

Gempa Banten Sebabkan Kerusakan Sejumlah Bangunan di TN Ujung Kulon

Sejumlah atap genting dan tembok retak-retak bangunan, bahkan roboh.

Red: Andi Nur Aminah
Warga melihat kondisi rumah yang rusak akibat gempa di Kadu Agung Timur, Lebak, Banten, Jumat (14/1/2022). Gempa berkekuatan 6,7 SR tersebut mengakibatkan sejumlah rumah rusak.
Foto: Antara/Muhammad Bagus Khoirunas
Warga melihat kondisi rumah yang rusak akibat gempa di Kadu Agung Timur, Lebak, Banten, Jumat (14/1/2022). Gempa berkekuatan 6,7 SR tersebut mengakibatkan sejumlah rumah rusak.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gempa yang mengguncang wilayah Banten, Jumat (14/1/2022) sekitar pukul 16.05 WIB, mengakibatkan sejumlah bangunan di Taman Nasional Ujung Kulon mengalami kerusakan. Kepala Sub Bagian Tata Usaha (KSBTU) Balai TN Ujung Kulon Dudi Mulyadi mengatakan, berdasarkan informasi lapangan bahwa dampak gempa berkekuatan 6,7 SR (skala richter) telah menyebabkan banyak sekali bangunan yang rusak dan hancur. "Terutama atap genting dan tembok retak-retak dan roboh," ujar dia. 

Ia menyebut beberapa bangunan yang rusak itu. "Saat ini terkonfirmasi beberapa bangunan pusat ECO edu tourism terkondisikan rusak berat di mana atap genting berjatuhan dan plafon hancur. Begitu pula kantor seksi PTNW II atap gentingnya berjatuhan," katanya.

Baca Juga

Saat ini petugas di Pulau Panaitan, Pulau Peucang, dan Cibunar di Semenanjung Ujung Kulon telah terhubung via telepon dan aplikasi pesan serta berada dalam kondisi baik. Balai TN Ujung Kulon telah mengimbau para petugas untuk terus waspada akan potensi gempa susulan.

Selain itu, petugas yang berada di Pulau Panaitan dan Peucang pada Sabtu (15/1/2022) akan dievakuasi sambil pergantian sif kerja untuk 15 hingga 30 Januari 2022. Gempa magnitudo 6,6 mengguncang wilayah Banten pada Jumat, sekitar pukul 16.05 WIB. Episentrum gempa berada 132 kilometer barat daya Kota Pandeglang, Kabupaten Pandeglang, Banten di kedalaman 40 kilometer.

Gempa tersebut merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas subduksi. Analisis Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperlihatkan bahwa gempa itu memiliki mekanisme pergerakan naik atau thrust fault. BMKG juga melaporkan telah terjadi lima gempa bumi susulan usai gempa pertama.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement