Rabu 19 Jan 2022 17:26 WIB

Lulusan UMM Diminta Jadi Problem Solver di Masyarakat

Manfaat ilmu yang dipelajari tidak hanya digunakan untuk diri sendiri.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Yusuf Assidiq
Kegiatan Wisuda ke-102 periode IV Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
Foto: Humas UMM
Kegiatan Wisuda ke-102 periode IV Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Lulusan baru sudah sepatutnya menjadi harapan baru bagi masyarakat, keluarga dan diri sendiri. Mengawali langkah untuk berkiprah di masyarakat, memberikan solusi atas berbagai permasalahan yang ada.

Ketua Majelis Perguruan Tinggi, Penelitian dan Pengembangan Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Prof Lincoln Arsyad berpesan manfaat ilmu yang dipelajari tidak hanya digunakan untuk diri sendiri. Hal ini juga harus bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat serta menjadi oase di tengah gurun permasalahan yang ada.

Sebab itu, dia berharap para wisudawan di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) tetap rendah hati ketika terjun ke dunia nyata. "Karena pasti masih ada orang yang lebih berilmu," kata Lincoln saat menghadiri Wisuda ke-102 periode IV UMM, beberapa waktu lalu.

Menurut Lincoln, Covid-19 melahirkan beragam bidang dan jurusan baru. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan dan pemahaman digital yang mumpuni dalam rangka menghadapi zaman. UMM sebagai salah satu universitas terbaik diharapkan bisa mengembangkan sistem informasi dan SDM.

Sistem informasi dan SDM dinilai dapat menjadi pondasi untuk menciptakan kehidupan bermasyarakat yang maju. Sebab, pengembangan sistem informasi sudah dan akan sangat dibutuhkan di dunia. Oleh karena itu, dia berharap UMM bisa mengembangkannya demi mengambil peran untuk menunjang kehidupan yang akan datang.

Sementara itu, Presiden Guanxi Normal University (GXNU), Cina, Prof Gw Zubin, menjelaskan bagaimana cara Cina meningkatkan mutu perguruan tinggi. Semua diawali dengan penerimaaan mahasiswa baru jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) yang meningkat hingga 54 persen pada 2020.

Berbeda pada 1948 yang pendaftarannya masih berada di rasio 0,26 persen. Saat ini, tercatat ada 48 juta mahasiswa di Cina yang berkuliah melalui jalur SNMPTN. Hal ini sekaligus membuatnya menjadi negara dengan penerimaan mahasiswa terbanyak di dunia.

He Zubin juga memaparkan langkah-langkah Cina untuk membangun pendidikan yang baik. Pertama, membangun sistem pendidikan yang terencana berdasarkan skala. Selanjutnya, pengadaan konferensi tenaga ahli untuk memperkuat negara dengan talenta.

Selain itu, juga mengandalkan teknologi informasi untuk mempercepat infrastruktur baru pada perguruan tinggi. Kemudian melakukan evaluasi efektif universitas dan jurusan unggulan dunia. "Semua itu dilakukan guna mendorong pengembangan perguruan tinggi," ungkapnya.

Selain itu, He Zubin menegaskan, perlu adanya penguatan integrasi indisipliner dan pengembangan bakat serta evaluasi untuk meninjau pendidikan dan pengajaran. Perguruan tinggi juga didorong untuk menebarkan manfaatnya dalam usaha membantu revitalisasi pedesaan.

Begitupun dengan memperkuat reformasi gelar profesor serta tenaga pelajar di universitas-universitas. Aspek terakhir yakni mengontrol universitas secara rutin untuk menyetarakan pendidikan. Hal-hal itu dinilai menjadi penunjang dalam mengembangkan pendidikan di Cina. Tidak hanya untuk sekarang, tapi juga bagi masa depan.

Di sisi lain, Rektor UMM Fauzan membahas tentang  Center of Excellence yaitu pembinaan dan pengembangan mutu Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada di UMM. Dari program tersebut, pihaknya telah melahirkan program turunan, di antaranya Sekolah Unggas, Rumansia, Rumput Laut, Udang, Anggrek, Welding Inspector, dan Essential Oil.

Menariknya, UMM juga tengah mengembangkan kelas teknologi digital bersama dengan pihak-pihak lain.  “Ini langkah konkret kami untuk mengembangkan SDM berbasis digital, sehingga ekonomi dan aspek-aspek lainnya bisa berjalan secara baik mengikuti zaman,” kata dia menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement