Kamis 20 Jan 2022 20:56 WIB

Biden Pertimbangkan Huothi Kembali Masuk Daftar Teroris Amerika Serikat

Houthi di Yaman terus melakukan serangan dengan bantuan Iran

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Nashih Nashrullah
Gerilyawan Houthi (ilustrasi). Houthi di Yaman terus melakukan serangan dengan bantuan Iran
Foto: EPA/Yahya Arhab
Gerilyawan Houthi (ilustrasi). Houthi di Yaman terus melakukan serangan dengan bantuan Iran

REPUBLIKA.CO.ID, CHICAGO— Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan sedang mempertimbangkan untuk menetapkan kembali militan Houthi Yaman sebagai organisasi teroris internasional. 

Pertimbangan ini menjadi wacana setelah kelompok yang didukung Iran itu menewaskan tiga orang dalam serangan pesawat tak berawak di Uni Emirat Arab. 

Baca Juga

Menandai tahun penuh pertamanya di kantor dengan konferensi pers dua jam, Biden berfokus pada upaya domestiknya dan perjuangan melawan Covid-19, tetapi juga menyentuh masalah kebijakan luar negeri. Sebagian besar membahas ancaman invasi Rusia ke Ukraina, dan juga membahas tentang Iran dan Yaman. 

Beberapa pekan setelah menjabat pada  2021, Biden secara resmi menghapus daftar milisi Houthi sebagai "organisasi teroris asing", sebutan yang diberikan   pendahulunya, Donald Trump. Biden juga telah bekerja untuk membawa Iran kembali ke meja perundingan mengenai program senjata nuklirnya.

Ditanya apakah dia akan menetapkan kembali militan Houthi sebagai kelompok teroris, Biden menjawab: “Itu sedang dipertimbangkan,"katanya dilansir dari Arab News, Kamis (20/1/2022).

Pemberontak Houthi mengklaim atas serangan pesawat tak berawak lintas perbatasan pada hari Senin (17/1) yang menewaskan tiga pekerja migran di UEA.

Utusan Khusus Biden untuk Yaman, Tim Lenderking, dikirim ke Teluk dan London untuk menghidupkan kembali upaya perdamaian dalam koordinasi dengan PBB.  

“Utusan khusus dan timnya akan menekan para pihak untuk mengurangi eskalasi militer dan berpartisipasi penuh dalam proses perdamaian yang dipimpin PBB yang inklusif,” kata Price. 

Pemberi pinjaman juga akan mengatasi “kebutuhan mendesak untuk mengurangi krisis kemanusiaan dan krisis ekonomi yang dihadapi Yaman.” Price mengutip data PBB yang dirilis pekan lalu yang menunjukkan 16 juta orang di Yaman membutuhkan bantuan dengan total sekitar Rp 43 triliun.  

“Sangat penting bahwa donor, terutama donor regional, menyediakan dana tambahan, dan bahwa semua pihak dalam konflik mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan akses kemanusiaan dan mengatasi krisis bahan bakar Yaman,” kata PBB. 

Biden juga ditanya apakah dia membuat kemajuan dengan Iran dalam upaya memaksa rezim untuk mematuhi kesepakatan nuklir. “Ini bukan saatnya untuk menyerah.  Ada beberapa kemajuan yang harus dibuat, ”jawabnya.    

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement