Senin 24 Jan 2022 23:49 WIB

Dokter Paru Minta Masyarakat Waspada Usai Omicron Sebabkan Kematian

Perhimpunan Dokter Paru ingatkan Omicron cepat menular dan bisa sebabkan kematian

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Petugas kesehatan melakukan sweb tes antigen kepada siswa di SMPN 3 Kota Kediri, Jawa Timur, Senin (24/1/2022). Pemerintah Kota Kediri melakukan sweb tes antigen secara acak kepada 400 siswa dan guru di sejumlah sekolah tingkat SD hingga SMA guna mendeteksi penyebaran COVID-19 varian Omicron saat pembelajaran tatap muka.
Foto: ANTARA/Prasetia Fauzani
Petugas kesehatan melakukan sweb tes antigen kepada siswa di SMPN 3 Kota Kediri, Jawa Timur, Senin (24/1/2022). Pemerintah Kota Kediri melakukan sweb tes antigen secara acak kepada 400 siswa dan guru di sejumlah sekolah tingkat SD hingga SMA guna mendeteksi penyebaran COVID-19 varian Omicron saat pembelajaran tatap muka.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) meminta masyarakat waspada menyusul kasus varian baru Covid-19  yang terus bertambah bahkan mengakibatkan kematian. Penularan omicron sangat cepat membuat pemerintah dan masyarakat harus mencegah penularan.

Ketua Kelompok Kerja (Pokja) Infeksi PDPI Erlina Burhan mengatakan, kasus Omicron terus meningkat di Tanah Air. Penularan varian ini, dia melanjutkan, terus terjadi hingga kini.

Baca Juga

"Bahkan, Sabtu (22/1) kemarin ada pengumuman dua kasus kematian pertama akibat omicron. Ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia harus semakin waspada," katanya saat mengisi konferensi virtual Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) mengenai Covid-19, Senin (24/1). 

Pihaknya menilai masyarakat merasa masih cukup tenang dan merasa omicron ringan-ringan saja, padahal baru-baru ini ada dua kasus kematian. PDPI meningatkan, warga harus tetap siaga. Sebab, omicron cepat menular. Ini yang membuat kasus probable jauh lebih banyak dari yang terkonfirmasi. 

"Kasus probable ini masih menunggu pengurutan keseluruhan genom (Whole Genome Sequencing/WGS) yang akan segera diketahui hasilnya. Namun, biasanya probable omicron ini sebagian besar adalah omicron," ujarnya.

Perkiraannya bukan tanpa alasan. Ini terlihat dari peningkatan kasus transmisi lokal. Padahal, awalnya omicron terjadi pada pelaku perjalanan luar negeri. Pihaknya mencatat lebih dari 20 persen kasus omicron terjadi akibat penularan lokal. 

"Artinya orang yang terinfeksi varian ini tidak bepergian ke luar negeri. Jadi, di lingkungan komunitas ada sirkulasi omicron," ujarnya.

Meski banyak terjadi transmisi lokal, dia melanjutkan, gejalanya ringan seperti batuk dan pilek yang membuat masyarakat tidak terlalu berniat untuk memeriksakan diri. Menurutnya, ini yang harus diwaspadai. 

"Sebab, penularan omicron sangat cepat karena dia cepat memperbanyak diri," ujarnya.

Bahkan, ia mengungkap banyak orang terinfeksi omicron padahal telah mendapatkan vaksinasi dosis lengkap. PDPI khawatir jika kondisi ini tidak terkendali, peningkatan kasus omicron terus terjadi.

Akibatnya, dia melanjutkan, ini bisa berpotensi menyebabkan sistem kesehatan Indonesia kewalahan. Sebab, sebagian dari orang yang terpapar omicron membutuhkan perawatan medis. Oleh sebab itu, PDPI meminta peran pemerintah dan masyarakat untuk mencegah penularan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement