Selasa 25 Jan 2022 20:38 WIB

NATO Siagakan Pasukan Menyusul Hubungan Ukraina-Rusia Memanas

AS menyiagakan 8.500 prajurit untuk mengantisipasi serangan Rusia ke Ukraina

Red: Nur Aini
 Sebuah tank Rusia T-72B3 menembak ketika pasukan mengambil bagian dalam latihan di lapangan tembak Kadamovskiy di wilayah Rostov di Rusia selatan, Rabu, 12 Januari 2022. Rusia telah menolak keluhan Barat tentang penumpukan pasukannya di dekat Ukraina, dengan mengatakan bahwa mereka mengerahkan mereka di mana pun dianggap perlu di wilayahnya sendiri.
Foto: AP/AP
Sebuah tank Rusia T-72B3 menembak ketika pasukan mengambil bagian dalam latihan di lapangan tembak Kadamovskiy di wilayah Rostov di Rusia selatan, Rabu, 12 Januari 2022. Rusia telah menolak keluhan Barat tentang penumpukan pasukannya di dekat Ukraina, dengan mengatakan bahwa mereka mengerahkan mereka di mana pun dianggap perlu di wilayahnya sendiri.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) pada Senin (24/1/2022) mengatakan sedang menyiagakan pasukannya serta memperkuat pengamanan di Eropa bagian timur dengan menambah jumlah kapal dan jet yang ditempatkan di sana.

Rusia mengecam langkah NATO itu dengan menyebutnya sebagai "histeria" dalam menanggapi peningkatan keberadaan pasukan di perbatasan negara itu dengan Ukraina. Departemen Pertahanan Amerika Serikat di Washington mengatakan sekitar 8.500 prajurit Amerika sedang disiagakan dan menunggu perintah untuk diterjunkan ke kawasan itu, kalau-kalau Rusia menyerang Ukraina.

Baca Juga

Ketegangan meningkat setelah Rusia mengerahkan sekitar 100.000 tentaranya ke perbatasan dengan Ukraina di bagian utara, timur, dan selatan. Rusia membantah punya rencana untuk melakukan serangan. Moskow menyebut respons yang ditunjukkan oleh negara-negara Barat sebagai bukti bahwa mereka menjadikan Rusia sebagai target, bukan penghasut, agresi.

Presiden AS Joe Biden pada Senin (24/1/2022) melakukan pembicaraan selama 80 menit melalui video dengan sejumlah pemimpin Eropa untuk membahas krisis Ukraina. Menurut pernyataan yang dikeluarkan Gedung Putih, para pemimpin itu "membahas upaya bersama untuk mencegah Rusia melakukan agresi lebih lanjut terhadap Ukraina, termasuk persiapan untuk membuat Rusia menanggung konsekuensi berat dan membayar mahal atas tindakan-tindakannya serta untuk memperkuat keamanan di NATO sisi timur.

"Saat menyambut baik serangkaian pengerahan pasukan yang diumumkan para anggota NATO dalam beberapa hari belakangan ini, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan aliansi tersebut akan mengambil "segala langkah yang diperlukan.

"Kami akan selalu menangani setiap kerusakan lingkungan keamanan kami, termasuk dengan memperkuat pertahanan kami secara bersama," kata Stoltenberg melalui pernyataan.

Sementara itu, ketika berbicara pada konferensi pers, Stoltenberg mengatakan bahwa peningkatan kekuatan NATO di wilayah negara-negara anggotanya di bagian timur juga akan dilakukan dengan mengerahkan gugus-gugus tempur di sisi tenggara aliansi tersebut. Sejauh ini, NATO memiliki sekitar 4.000 tentara dari batalion multinasional di Estonia, Lithuania, Latvia, dan Polandia. Pasukan itu diperlengkapi dengan tank-tank, alat pertahanan udara, serta unit intelijen dan unit pengawasan.

Para pejabat AS mengatakan Dephan AS sedang menyelesaikan langkah untuk mengidentifikasi unit-unit spesifik yang bisa dikerahkan ke NATO sisi timur. Salah satu pejabat tersebut mengatakan jumlah tentara yang akan dikirimkan ke kawasan itu bisa mencapai 5.000 orang.

Seorang diplomat negara anggota NATO mengungkapkan bahwa Washington sedang memindahkan pasukan di Eropa barat ke Eropa timur secara bertahap dalam beberapa pekan mendatang. Denmark, Spanyol, Prancis, dan Belanda sedang berencana atau mempertimbangkan mengirim pasukan, pesawat, atau kapal ke Eropa sisi timur, kata NATO.

Seorang pejabat Polandia mengatakan pemerintah negaranya sedang membuat pertimbangan untuk mengirimkan pasukan ke Ukraina. Ukraina berbatasan dengan empat negara anggota NATO, yakni Polandia, Slovakia, Hongaria, dan Romania.

Ketegangan meningkat

Inggris mengatakan sedang menarik beberapa anggota staf beserta keluarga mereka dari kedutaan di Ukraina karena peningkatan ketegangan. Langkah itu ditempuh Inggris satu hari setelah AS mengatakan telah memerintahkan anggota keluarga para diplomatnya untuk pergi meninggalkan Ukraina. Diplomat-diplomat AS diperbolehkan tetap berada di negara itu secara sukarela.

Juru bicara kantor kepresidenan Rusia, Dmitry Peskov, menuding negara-negara Barat bersikap "histeris" dan menyebarkan informasi yang "dibubuhi dengan kebohongan".

"Kita melihat pernyataan-pernyataan dikeluarkan oleh Aliansi Atlantik Utara soal penguatan, penarikan pasukan serta sumber daya ke sisi timur. Semuanya ini mengarah pada fakta bahwa ketegangan sedang meningkat," katanya.

"Kejadian ini tidak berlangsung karena apa yang kami, Rusia, lakukan. Ini semua terjadi akibat apa yang NATO dan AS sedang lakukan dan akibat informasi yang mereka sebarkan."

Baca: 5 Kabupaten/Kota di NTT Belum Capai 70 Persen Vaksinasi Covid-19

Baca: Pasien Rawat Inap di RSDC Wisma Atlet Bertambah, Total Dekati 3.000 Orang

Baca: Kota Bandung Mulai Tes Covid-19 Acak Siswa dan Guru di Sekolah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement