Selasa 25 Jan 2022 22:38 WIB

Korban Serangan Saudi ke Penjara Yaman Bertambah Jadi 90 Orang

Saksi mengatakan serangan membuat penjara itu hancur menjadi puing.

Red: Teguh Firmansyah
 Pengambilan bingkai yang diambil dari video selebaran yang disediakan oleh kantor Media Houthi menunjukkan penyelamat bekerja di lokasi pusat penahanan yang rusak setelah dugaan serangan udara yang dipimpin Saudi di Saada, Yaman, 21 Januari 2022. Sedikitnya 100 orang tewas atau terluka dalam Serangan udara pimpinan Saudi di sebuah pusat penahanan di provinsi Saada pada malam hingga 21 Januari. Serangan lain di pusat telekomunikasi di Hodeidah yang memengaruhi koneksi ke internet secara nasional. Eskalasi serangan udara koalisi pimpinan Saudi terjadi lima hari setelah Houthi mengklaim bertanggung jawab atas serangan drone di Abu Dhabi yang menewaskan sedikitnya tiga orang.
Foto: EPA-EFE/HOUTHI MEDIA OFFICE
Pengambilan bingkai yang diambil dari video selebaran yang disediakan oleh kantor Media Houthi menunjukkan penyelamat bekerja di lokasi pusat penahanan yang rusak setelah dugaan serangan udara yang dipimpin Saudi di Saada, Yaman, 21 Januari 2022. Sedikitnya 100 orang tewas atau terluka dalam Serangan udara pimpinan Saudi di sebuah pusat penahanan di provinsi Saada pada malam hingga 21 Januari. Serangan lain di pusat telekomunikasi di Hodeidah yang memengaruhi koneksi ke internet secara nasional. Eskalasi serangan udara koalisi pimpinan Saudi terjadi lima hari setelah Houthi mengklaim bertanggung jawab atas serangan drone di Abu Dhabi yang menewaskan sedikitnya tiga orang.

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Serangan udara terhadap sebuah rumah tahanan (rutan) di Yaman pekan lalu menewaskan sekitar 90 orang dan melukai lebih dari 200 orang. Demikian disampaikan menteri kesehatan Houthi pada Selasa(25/1/2022).

Angka kematian akibat serangan itu diperbarui setelah upaya penyelamatan berakhir. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebelumnya mengatakan pada akhir pekan lalu, sedikitnya 60 orang tewas dalam serangan itu.

Baca Juga

Sejumlah saksi yang diwawancarai Reuters mengatakan ledakan telah membuat rutan itu hancur menjadi puing. Koalisi pimpinan Arab Saudi yang memerangi gerakan Houthi mengatakan fasilitas di provinsi Saada itu tidak termasuk dalam daftar "bukan target" yang disetujui badan-badan PBB.

Koalisi menuduh pasukan Houthi menyebarkan informasi yang salah tentang serangan itu.Pertempuran keduanya telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir. Serangan-serangan udara membidik target militer Houthi.

Gerakan Houthi yang didukung Iran telah meningkatkan serangan rudal dan pesawat nirawak terhadap Uni Emirat Arab (UAE) dan penembakan lintas batas ke Arab Saudi.Di Saada, basis Houthi di wilayah utara, para penyintas serangan udara di rutan tersebut masih dirawat di rumah sakit pada Minggu.

Tahanan bernama Muhammad al-Khulaidi, yang menderita patah kaki dan luka bakar, mengatakan dia berhasil keluar dari reruntuhan sedangkan teman-teman satu selnya tewas."Saya berusaha membebaskan kaki saya yang tertindih tiang dan pesawat terus membombardir kami," katanya kepada Reuters.

"Saya coba, saya coba, dan saya singkirkan puing-puing dari kaki saya, dan saya berhasil keluar. Saya tak bisa membantu teman-teman karena kaki saya patah," kata dia.

Menkes Houthi Taha al-Mutawakal, yang berkomentar di stasiun TV Al Masirah milik Houthi, mengatakan 91 orang telah tewas dan 236 lainnya dirawat di rumah sakit saat operasi penyelamatan berakhir.

PBB telah mendesak semua pihak untuk meredakan ketegangan dalam perang yang berlangsung hampir tujuh tahun itu.Konflik tersebut telah menelan lebih dari 100 ribu korban jiwa dan membuat 4 juta orang terpaksa mengungsi. Jutaan warga Yaman kini terancam kelaparan.Koalisi melakukan intervensi di Yaman pada Maret 2015 setelah Houthi menggulingkan pemerintah yang diakui dunia internasional di ibu kota Sanaa.

Kelompok itu mengatakan mereka sedang memerangi sistem yang korup dan agresi asing.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement