Selasa 25 Jan 2022 22:45 WIB

Perusahaan E-Commerce Perlu Terapkan Prinsip Berkelanjutan

E-commerce menghadapi tuntutan terhadap pemenuhan pengalaman transaksi terbaik.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Fuji Pratiwi
Warga menggunakan perangkat elektronik untuk berbelanja daring di salah satu e-commerce. Para pelaku e-commerce disarankan untuk menerapkan prinsip berkelanjutan (sustainability).
Foto: ANTARA FOTO/YULIUS SATRIA WIJAYA
Warga menggunakan perangkat elektronik untuk berbelanja daring di salah satu e-commerce. Para pelaku e-commerce disarankan untuk menerapkan prinsip berkelanjutan (sustainability).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertumbuhan transaksi e-commerce yang terus meningkat perlu dibarengi dengan pengelolaan operasional yang lebih mengedepankan prinsip berkelanjutan atau sustainable. E-commerce dinilai tengah menghadapi dua tantangan besar, yaitu tuntutan terhadap pemenuhan pengalaman transaksi terbaik tanpa hambatan, serta desakan global terhadap dekarbonisasi. 

Penguatan infrastruktur digital secara andal, terintegrasi dan efisien menjadi salah satu kunci utama untuk mencapai tujuan sustainability. Laporan e-Conomy SEA 2021 yang dikeluarkan oleh Temasek, Google, serta Bain & Company menyebutkan perdagangan e-commerce di Indonesia pada 2021 tercatat sebesar 53 miliar dolar AS atau meningkat 52 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Baca Juga

Pesatnya pertumbuhan e-commerce meningkatkan kebutuhan terhadap data center yang dapat menyimpan, mengelola dan transfer data secara cepat dan dapat diandalkan. Namun di sisi lain, pengelolaan data center juga dituntut untuk mengonsumsi energi secara lebih efisien agar dapat mengurangi dampak emisi karbon terhadap kelestarian lingkungan. Apalagi, data center menjadi penyumbang konsumsi energi terbesar di industri TI yang diperkirakan akan mengkonsumsi 8,5 persen listrik global pada 2035. 

Business Vice President Secure Power Schneider Electric Indonesia & Timor Leste Yana Achmad Haikal mengatakan, data center masa depan diharapkan mengonsumsi listrik lebih sedikit tanpa mengorbankan keandalan. Menurut dia, hal ini dimungkinkan dengan melakukan digitalisasi pengelolaan energi dan otomasi dengan memanfaatkan software management tool seperti EcoStruxure IT & Asset Advisor. 

"Dengan begitu, produktivitas dan waktu uptime juga akan semakin meningkat, sekaligus dapat menekan biaya listrik,” kata Yana dalam webinar, Selasa (25/1).

Ia menambahkan, penggunaan sumber listrik terbarukan dan ramah lingkungan, seperti panel surya juga dapat menjadi solusi alternatif untuk pengelolaan data center yang lebih hijau. “Ini mengingat biaya energi berkontribusi sekitar 40 persen dari biaya operasional,” kata Yana. 

Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) Bima Laga menegaskan optimismenya terhadap pertumbuhan transaksi perdagangan digital Indonesia. 

"Potensi pertumbuhan perdagangan digital di Indonesia masih sangat besar. Pandemi selama dua tahun belakangan juga memiliki sisi positif di mana masyarakat semakin cepat untuk beradaptasi dengan teknologi di semua sektor, termasuk perdagangan," kata Bima.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement