Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Munawar Khalil N

Tanamkanlah Sejak Dini

Gaya Hidup | Wednesday, 26 Jan 2022, 13:44 WIB

Belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas batu, belajar sesudah besar bagai melukis di atas air. Benarlah kata pepatah ini, suatu kebiasaan yang dilakukan sejak kecil akan melekat kuat dalam ingatan.

Anak yang dikenalkan dan dibiasakan bercocok tanam sejak dini akan melekat dalam ingatannya hingga dewasa. Jika dilatih dengan baik, ia akan punya kesadaran kuat akan pentingnya pangan bagi kehidupan.

Nabi dalam salah satu hadits memerintahkan umatnya untuk mengajari anak berkuda, berenang, dan memanah. Secara tekstual memang kita harus melatih anak untuk terampil dan menguasai tiga aktifitas itu. Jika dikontekstualisasikan, anak harus dilatih untuk menjadi pribadi yang lebih kuat akal, fisik, dan mentalnya melalui pengajaran dan pelatihan. Mafhum muwafaqah dari hadist itu mungkin bisa diperluas menjadi keterampilan apapun yang dapat menunjang kelangsungan kehidupan sang anak, termasuk melatih anak untuk terampil bercocok tanam.

Saya masih mengingat indahnya menanam singkong, ubi jalar dan sayuran di kebun samping rumah waktu kecil dulu. Aroma tanah yang harum dan suasana menanam hingga keriangan saat panen masih terekam kuat dalam ingatan. Ada keinginan untuk mengulang dan mencipta momen yang sama bersama anak-anak. Namun kini berbeda. Kami yang tinggal di kota tidak punya lahan lagi untuk menanam. Tanah habis untuk bangunan tempat tinggal.

Pekarangan di kampung halaman lebih dari cukup untuk menampung segala jenis sayuran, bahkan tanaman buah seperti mangga dan jambu masih punya tempat yang cukup untuk tumbuh membesar. Pekarangan di rumah kami hanya seuprit, di kota dengan penduduk urban terpadat nomor dua di dunia.

Praktis kebutuhan pangan bergantung pada pasar. Dulu di kampung, sayuran dan buah-buahan dipetik langsung dari lahan di sekitar rumah. Sekarang, bergantung pada pasar. Jika pasokan pangan di pasar berkurang, imbasnya pasti pada rumah tangga yang tiap hari harus makan. Jangankan kebutuhan pangan utama, yang kecil-kecil seperti cabai saja harus membeli. Padahal jika mau sedikit repot, lahan sempit di rumah kita bisa dimanfaatkan untuk menanam beberapa pohon saja. Bahasa kerennya, urban farming, yaitu aktifitas pertanian yang dilakukan masyarakat perkotaan dengan memanfaatkan lahan yang relatif terbatas. Konon, pertanian perkotaan bisa menyumbang hinga 30 persen kebutuhan pangan kota.

Dibutuhkan kesadaran bagi masyarakat perkotaan, mengingat jumlah penduduk terus meningkat, kebutuhan pangan pasti juga membesar. Sementara lahan pertanian makin menyusut akibat beralih fungsi menjadi lahan perumahan atau industri. Kesadaran seperti ini bisa mulai diperkenalkan sejak dini dengan cara membiasakan anak-anak kita “bermain tanah” di pekarangan rumah. Bercocok tanam di pekarangan bagi anak juga menjadi semacam praktik langsung pembelajaran IPA, misalnya belajar tentang tahapan pertumbuhan tanaman.

Selain itu, kegiatan menanam bagi anak juga dapat menguatkan fisik anak, meningkatkan rasa tanggung jawab anak, dan mendekatkan hubungan emosional anak dengan orang tua. Aktifitas menanam bersama akan menjadi pengalaman yang menyenangkan dan meskipun di masa depan mereka tidak berkiprah di dunia pertanian, setidaknya mau dan mampu melakukan aksi kecil seperti berkebun di pekarangan rumah.

Tentu saja semua butuh proses, sebab menginjeksi kesadaran menanam bagi anak jaman now mungkin relatif sulit. Tantangan terberat datang dari perkembangan teknologi; gadget dan internet. Karena itu, butuh dukungan semua pihak untuk mewujudkannya. Rumah tangga, lingkungan, dan pemerintah.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image