Rabu 26 Jan 2022 18:43 WIB

Konservasi Hutan Mangrove Pupuk Kaltim Serap Jejak Karbon Hingga 2 Juta Ton per Tahun

Mangrove diketahui memiliki laju penyerapan karbon yang tinggi.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Gita Amanda
Pengunjung menaiki perahu saat menyusuri Hutan Mangrove, (ilustrasi). Langkah penyerapan karbon lewat konservasi hutan mangrove telah dilakukan Pupuk Kaltim sejak tahun 2009.
Foto: Antara/Aprillio Akbar
Pengunjung menaiki perahu saat menyusuri Hutan Mangrove, (ilustrasi). Langkah penyerapan karbon lewat konservasi hutan mangrove telah dilakukan Pupuk Kaltim sejak tahun 2009.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mandat untuk menciptakan Indonesia bebas dari emisi karbon 2060 (net zero emission) membutuhkan langkah nyata berdampak dari berbagai pihak, terutamanya pelaku industri. Selain menekan emisi dari hasil produksi, langkah penghijauan juga harus diakselerasi guna mencapai target tersebut.

Mangrove diketahui memiliki laju penyerapan karbon yang tinggi. Riset dari Center for International Forestry Research (CIFOR) mencatat penyerapan karbon oleh hutan mangrove lebih tinggi 300 persen-500 persen dibandingkan serapan pada ekosistem hutan terestrial.

Baca Juga

Langkah penyerapan karbon lewat konservasi hutan mangrove telah dilakukan Pupuk Kaltim sejak tahun 2009. Mendukung target yang ditetapkan pemerintah untuk Indonesia, PKT mengakselerasi langkah penghijauan ini dengan memperluas area lahan hingga 20 hektar di akhir tahun lalu. Sampai saat ini, telah tertanam bibit Mangrove sejumlah 335 ribu pohon yang tersebar di area konservasi PKT.

Direktur Utama PKT Rahmad Pribadi, mengungkapkan konsistensi dan keberlanjutan adalah cara Pupuk Kaltim menjaga lingkungan dan ekosistem agar generasi mendatang tetap bisa menikmati sumber daya alam, serta kualitas lingkungan yang baik. Konservasi hutan mangrove yang diinisiasi PKT sudah memasuki tahun ke 11.

"Setiap tahunnya luas area dan jumlah bibit pohon yang kami tanam ditambah, untuk memperluas area hutan mangrove di pesisir Bontang, agar serapan karbon dapat memberikan dampak yang signifikan,” ujarnya.

Berlokasi di dekat pantai, program yang diinisiasi oleh Departemen Lingkungan Hidup Pupuk Kaltim ini diawali di area Kedindingan dengan kegiatan pembibitan dan penanaman mangrove. Selanjutnya PKT juga bekerjasama dengan pemerintah setempat untuk menjaga agar tidak terjadi deforestasi mangrove dengan memberlakukan pengawasan khusus dan menetapkan status Kawasan Konservasi pada area perairan yang dikerjakan PKT. Hingga akhir 2021 lalu, Pupuk Kaltim berhasil menanam 335.167 bibit mangrove dan tersebar di dua lokasi yakni Kedindingan dan Loktuan, Bontang.

Setiap tahunnya, Pupuk Kaltim menanam 17 ribu hingga 25 ribu bibit mangrove, hingga mampu memenuhi seluruh luasan kawasan perairan Kedindingan di tahun 2015, dengan total 152 ribu bibit. Mulai 2016, penanaman mangrove dikembangkan ke kawasan baru, yakni area Hak Guna Bangunan (HGB) 65 di Kelurahan Loktuan Bontang Utara Kota Bontang, dengan penanaman antara 20 ribu hingga 25 ribu per tahun, hingga mencapai 183.167 bibit di tahun 2021.

Dalam prosesnya, PKT juga menggandeng beberapa organisasi dan masyarakat sekitar guna memastikan pertumbuhan pohon mangrove yang baik. Pasalnya, semakin dewasa usia pohon mangrove maka semakin banyak serapan dan karbon yang disimpan, sehingga pertumbuhan dari bibit sangatlah penting diperhatikan. Sejak 2019 lalu, di area HGB 65, PKT menggandeng Kelompok Tani Telok Bangko yang merupakan kelompok penggiat konservasi mangrove.

Kelompok Telok Bangko sendiri beranggotakan 16 anggota yang mayoritas merupakan masyarakat dengan latar belakang ekonomi menengah ke bawah. Sehingga, diharapkan dengan digandengnya dalam kegiatan ini juga dapat memberikan manfaat secara sosial dan ekonomi bagi mereka.

Lebih lanjut, terdapat berbagai jenis mangrove yang dikembangkan, diantaranya adalah Rhizopora apiculata, Rhizopora mucronata, Ceriops tagal, Bruguiera gymnorrhiza, Bruguiera sexangula, Ceriops tagal dan Avicennia marina. Rhizopora apiculata sendiri merupakan jenis yang dipercaya menyerap lebih tinggi jejak karbon dibandingkan jenis lainnya.

Atas usahanya menjaga lingkungan dan menciptakan kehidupan sosial yang lebih baik bagi masyarakat sekitar perusahaan, Pupuk Kaltim telah mendapatkan penghargaan Proper Nasional Emas dari  Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan kelima kalinya pada 2021.

“Kedepannya, PKT berkomitmen untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dalam operasional perusahaan. Komitmen ini merupakan bagian dari roadmap 40 tahun mendatang Pupuk Kaltim, yang berorientasi pada sumber daya terbarukan, sejalan dengan upaya mendukung pemerintah dalam mewujudkan net zero emission 2060 mendatang.” tutup Rahmad.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement