Senin 31 Jan 2022 23:55 WIB

Tolak Jual Iron Dome, Herzog: Israel Dukung Kebutuhan Keamanan UEA

Presiden Israel, Isaac Herzog, mengatakan mendukung kebutuhan keamanan UEA

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Presiden Israel Isaac Herzog (kiri) dan Putra Mahkota Abu Dhabi Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan bertemu di Abu Dhabi, Uni Emirate Arab, 30 Januari 2022.
Foto: EPA
Presiden Israel Isaac Herzog (kiri) dan Putra Mahkota Abu Dhabi Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan bertemu di Abu Dhabi, Uni Emirate Arab, 30 Januari 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Presiden Israel, Isaac Herzog, mengatakan, negaranya mendukung kebutuhan keamanan Uni Emirat Arab (UEA) dan mengedepankan hubungan regional yang lebih kuat. Herzog membahas keamanan dan hubungan bilateral dengan Putra Mahkota Abu Dhabi Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan.

“Kami sepenuhnya mendukung persyaratan keamanan Anda dan kami mengutuk dalam segala bentuk dan bahasa setiap serangan terhadap kedaulatan Anda oleh kelompok teroris.  Kami di sini bersama untuk menemukan cara dan sarana untuk membawa keamanan penuh bagi orang-orang yang mencari perdamaian di wilayah kami,” kata Herzog.

Baca Juga

Sementara itu, Sheikh Mohammed mengatakan, Israel dan UEA memiliki pandangan yang sama tentang ancaman terhadap stabilitas dan perdamaian regional. Terutama yang ditimbulkan oleh milisi dan pasukan teroris.

Sebelumnya, Badan keamanan Israel telah menolak penjualan Iron Dome dan Sistem Senjata David Sling ke Uni Emirat Arab (UEA). Menurut laporan analis militer Israel, Alon Ben David, badan keamanan Israel menolak potensi untuk menjual teknologi yang dikembangkan kepada mitra barunya.

Penolakan untuk menjual peralatan militer merujuk pada negara-negara Arab yang telah menormalisasi hubungan dengan Israel melalui penandatanganan Kesepakatan Abraham. Israel khawatir jika menjual teknologi persenjataan ke UEA, maka rahasia mereka dapat diteruskan ke negara pihak ketiga.

"Mossad, yang membuka jalan bagi normalisasi, telah memohon kepada badan keamanan untuk berhenti memandang negara-negara ini sebagai 'Arab'," ujar Ben David, dilansir Middle East Monitor.

Menurut Ben David, Kementerian Pertahanan Israel telah mencabut keputusannya untuk tidak menjual sistem pertahanan ke UEA. Ben David mengatakan, Kementerian Pertahanan Israel telah menjual teknologi siber tetapi menahan diri untuk tidak menjual sistem pertahanan udara.

Dengan demikian, UEA wajib membeli sistem pertahanan Korea Utara dengan teknologi Rusia. Ben David memperkirakan, penolakan itu membuat Israel kehilangan 4,5 miliar dolar AS.

Pada 18 Januari, Israel menawarkan dukungan keamanan dan intelijen kepada UEA terhadap serangan pesawat tak berawak, setelah serangan mematikan oleh kelompok Houthi Yaman yang bersekutu dengan Iran. Kedua negara Teluk dan Israel berbagi keprihatinan yang sama tentang Iran dan pasukan sekutunya di wilayah tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement