Senin 31 Jan 2022 17:19 WIB

AS Khawatir Korut Bakal Uji Coba Rudal Antarbenua

Korea Utara melakukan uji coba rudal terbesarnya sejak 2017

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Kolase uji coba rudal yang dilakukan Korea Utara di tempat rahasia, Kamis (27/1/2022).
Foto: Korean Central News Agency/Korea News Service
Kolase uji coba rudal yang dilakukan Korea Utara di tempat rahasia, Kamis (27/1/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) khawatir uji coba rudal Korea Utara akan menjadi langkah untuk melanjutkan uji coba senjata nuklir dan rudal balistik antarbenua. Seorang pejabat senior AS mendesak Pyongyang untuk bersedia melakukan pembicaraan langsung tanpa prasyarat.

Korea Utara melakukan uji coba rudal terbesarnya sejak 2017 pada Ahad (30/1/2022). Presiden Korea Selatan Moon Jae-in mengatakan, serangkaian uji coba rudal Korea Utara baru-baru ini mengingatkan pada ketegangan yang meningkat pada 2017, ketika Korea Utara melakukan beberapa uji coba nuklir dan meluncurkan rudal terbesarnya.

Baca Juga

Moon mengatakan, uji coba rudal terbaru membawa Korea Utara selangkah lebih dekat untuk sepenuhnya menghapus moratorium dalam menguji rudal balistik antarbenua (ICBM). Korea Utara belum pernah menguji ICBM sejak 2017. Seorang pejabat senior pemerintahan Biden mengatakan, Washington khawatir bahwa Pyongyang mungkin melanjutkan ICBM dan uji coba nuklir.

 "Tentu kami khawatir. Bukan hanya apa yang mereka lakukan kemarin, ini adalah fakta bahwa ini terjadi menyusul sejumlah tes yang cukup signifikan di bulan ini. Dan itu mengikuti tes pada akhir tahun yang akan kembali ke September, dari berbagai sistem," ujar pejabat terasebut.

"Kami jelas tidak ingin melihat pengujian lebih lanjut dan kami telah meminta DPRK (Republik Korea) untuk menahan diri dari pengujian lebih lanjut," kata pejabat itu, yang berbicara dengan syarat anonim.

Pejabat itu mengatakan uji coba terbaru Korea Utara adalah bagian dari pola yang semakin tidak stabil, dan melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB. "Anda akan melihat kami mengambil beberapa langkah yang dirancang untuk menunjukkan komitmen kami kepada sekutu kami, dan pada saat yang sama kami mengulangi seruan kami untuk diplomasi. Kami siap dan kami sangat serius mencoba melakukan diskusi yang membahas masalah  kedua sisi," kata pejabat itu.

 Pejabat itu tidak merinci sifat tanggapannya.  Meskipun mendesak dialog, Washington telah mempertahankan sanksi terhadap Korea Utara dan memberlakukan lebih banyak setelah tes baru-baru ini dan berusaha untuk mendorong Dewan Keamanan PBB untuk mengikutinya.

Di bawah pemerintahan Presiden Joe Biden, Washington telah berulang kali berupaya membuka pembicaraan dengan Korea Utara. Tetapi Korea Utara telah menolaknya. Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mengadakan tiga pertemuan puncak dengan mantan Presiden AS Donald Trump. Tetapi pembicaraan itu tidak mewujudkan permintaan Kim untuk pencabutan sanksi terhadap Pyongyang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement