Kamis 03 Feb 2022 19:17 WIB

Gejala Ringan Omicron tidak Berlaku Bagi Lansia

Kelompok tertentu, seperti yang belum divaksinasi akan bisa mengalami gejala berat.

Red: Friska Yolandha
Warga beraktivitas di Jalan Dalem Kaum, Kota Bandung, Sabtu (29/1/2022). Dokter Spesialis Penyakit paru dari RSUP Persahabatan Dr Erlina Burhan mengimbau masyarakat agar tidak meremehkan Omicron yang gejalanya dianggap ringan.
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Warga beraktivitas di Jalan Dalem Kaum, Kota Bandung, Sabtu (29/1/2022). Dokter Spesialis Penyakit paru dari RSUP Persahabatan Dr Erlina Burhan mengimbau masyarakat agar tidak meremehkan Omicron yang gejalanya dianggap ringan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter Spesialis Penyakit paru dari RSUP Persahabatan Dr Erlina Burhan mengimbau masyarakat agar tidak meremehkan Omicron yang gejalanya dianggap ringan. Sebab hal ini tidak berlaku bagi lansia.

Erlina mengatakan bahwa penyakit yang ditimbulkan oleh Omicron memang lebih ringan daripada Delta. Namun hal ini perlu diwaspadai, sebab gejala ringan terjadi pada kelompok mereka yang sehat dan muda.

Baca Juga

Untuk kelompok tertentu, seperti orang lanjut usia, anak-anak balita yang belum divaksinasi, orang dengan kormobid atau penyakit bawaan yang kronis dan tidak terkendali, akan mengalami gejala berat sehingga perlu dirawat di rumah sakit. Dengan sistem imun yang turun, orang-orang dengan kelompok tersebut dapat mudah tertular, apalagi jika lansia dengan komorbid belum divaksinasi.

"Jangan terlalu meremehkan, karena ada kelompok-kelompok yang rentan yang harus kita lindungi," ujar Erlina dalam webinar pada Kamis (3/2/2022).

Saat ini kasus COVID-19 semakin meningkat, pertambahan kasus harian per tanggal 30 Januari 2022 mencapai 12.442 orang. Okupansi tempat tidur di rumah sakit atau Bed Occupancy Rate (BOR) juga meningkat.

Sementara itu, masyarakat semakin banyak yang beraktivitas di luar untuk bekerja, pendidikan tatap muka, bertemu keluarga, rekreasi, dan lain-lain. Protokol kesehatan juga mulai terlihat kendur. Penggunaan masker di tempat umum terlihat tidak sebaik sebelumnya.

Meningkatnya kasus COVID-19, disebabkan oleh hantaman Omicron yang diketahui sangat mudah menular dibandingkan dengan Delta. Bahkan, kematian akibat Omicron juga sudah dilaporkan.

Erlina mengatakan jika Omicron naiknya tinggi maka akan terjadi lonjakan seperti pada Juli-Agustus 2021 sehingga kemungkinan sistem kesehatan juga akan kewalahan. Sebab semakin banyak kasus, maka makin banyak juga orang yang perlu dirawat baik secara isolasi mandiri di rumah, maupun di berbagai rumah sakit.

"Virus ini tertular karena ada interaksi antar manusia. Jadi, kalau tidak penting-penting banget, janganlah bepergian. Saya juga sarankan jangan makan bersama di kantor, melainkan makan sendiri-sendiri di ruangannya masing-masing. Karena pada saat makan, kita buka masker dan kemungkinan penularan tinggi," kata Erlina.

Erlina juga menyadari bahwa masyarakat sudah banyak yang terlena dan abai dengan protokol kesehatan karena menganggap Omicron tidak berbahaya. "Kita terlena bahwa kasus Omicron tanpa gejala dan ringan, jadi masyarakat enggak perlu panik. Saya setuju ini, tapi waspada itu tetap harus," ujarnya.

Untuk menekan angka kenaikan kasus, Erlina menyarankan agar masyarakat kembali meningkatkan protokol kesehatan. Selain itu, perlu dilakukan berbagai upaya untukg meningkatkan daya tahan tubuh, seperti makan makanan bergizi, dan istirahat yang cukup. Konsumsi suplemen imunomodulator dan vitamin juga dapat dipertimbangkan untuk membantu meningkatkan imunitas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement