Jumat 04 Feb 2022 18:50 WIB

Uni Eropa Sudah Siapkan Sanksi Berat untuk Rusia

Sanksi untuk Rusia mencakup pembatasan akses ke modal asing dan kendali ekspor.

Red: Friska Yolandha
Proyek pipa gas Rusia-Jerman, Nord Stream. Uni Eropa sudah menyiapkan paket sanksi berat dan komprehensif untuk Rusia apabila negara itu melanjutkan agresinya terhadap Ukraina.
Foto: Reuters
Proyek pipa gas Rusia-Jerman, Nord Stream. Uni Eropa sudah menyiapkan paket sanksi berat dan komprehensif untuk Rusia apabila negara itu melanjutkan agresinya terhadap Ukraina.

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Uni Eropa sudah menyiapkan paket sanksi berat dan komprehensif untuk Rusia apabila negara itu melanjutkan agresinya terhadap Ukraina. Hal itu disampaikan Presiden Komisi Uni Eropa Ursula von der Leyen kepada surat kabar Handeslblatt dan Les Echos

Rusia, yang mencaplok Krimea dari Ukraina pada 2014 dan mendukung kelompok separatis di wilayah timur negara itu, menerjunkan sekitar 100.000 pasukan di dekat perbatasan Ukraina. Moskow juga meminta jaminan keamanan, termasuk janji bahwa NATO tidak akan pernah menerima keanggotaan Ukraina.

Baca Juga

"Kami sudah menyiapkan paket sanksi ekonomi dan finansial yang berat dan komprehensif," kata von der Leyen kepada surat kabar itu.

Ia menambahkan bahwa sanksi-sanksi tersebut mencakup pembatasan akses ke modal asing dan kendali ekspor, terutama produk teknis. Saluran pipa Nord Stream 2 Laut Baltik yang kontroversial juga menjadi bagian dari paket sanksi. Nasib pipa tersebut, apakah bisa beroperasi atau tidak, tergantung pada tindak tanduk Rusia, kata von der Leyen.

"Orang-orang yang dekat dengan (Presiden Rusia Vladimir) Putin dan oligarki tentu saja berpeluang dijatuhi sanksi secara sensitif," lanjutnya.

Rusia telah menyusun sejumlah opsi yang dijadikan sebagai alasan untuk menyerang Ukraina, termasuk kemungkinan memanfaatkan video propaganda yang memperlihatkan serangan bertahap, kata Amerika Serikat pada Kamis, ketika Kremlin mengecam pengerahan pasukan Amerika di kawasan tersebut.

Kremlin, kantor presiden Rusia, pada hari itu menuding Washington tidak menghiraukan seruannya untuk mengendurkan kebuntuan. Tuduhan itu dilemparkan Rusia setelah AS mengumumkan bahwa mereka akan mengirim hampir 3.000 pasukan tambahan ke Polandia dan Romania.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement