Ahad 06 Feb 2022 12:39 WIB

ICMI Serukan Tujuh Hal Penting Atasi Omikron ke Pemerintah

ICMI turut membantu pemerintah menangkal hoaks tentang covid-19

Red: Stevy maradona
Tenaga kesehatan melakukan evakuasi pasien Covid-19 untuk dilakukan perawatan di ruang isolasi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Chasbullah Abdulmajid, Kota Bekasi, Jawa Barat, Jumat (4/2/2022). Tingkat keterisian rumah sakit rujukan Covid-19 di Bekasi mencapai 41 persen seiring dengan kasus aktif mencapai 5.853 kasus pada Jumat (4/2/2022) yang tersebar di 56 Kelurahan di Kota Bekasi, Jawa Barat. Republika/Thoudy Badai
Foto: Republika/Thoudy Badai
Tenaga kesehatan melakukan evakuasi pasien Covid-19 untuk dilakukan perawatan di ruang isolasi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Chasbullah Abdulmajid, Kota Bekasi, Jawa Barat, Jumat (4/2/2022). Tingkat keterisian rumah sakit rujukan Covid-19 di Bekasi mencapai 41 persen seiring dengan kasus aktif mencapai 5.853 kasus pada Jumat (4/2/2022) yang tersebar di 56 Kelurahan di Kota Bekasi, Jawa Barat. Republika/Thoudy Badai

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perkembangan penyebaran omikron varian covid-19 yang begitu cepat, mendorong MPP ICMI bergerak cepat dalam mendukung langkah-langkah pencegahan serta mitigasi yang dilakukan pemerintah dan masyarakat, melalui tujuh langkah penting.

 

Ketujuh hal penting itu disampaikan dalam  acara Webinar dengan topik, "Perkembangan Terbaru Omicron: Bangsa Indonesia Harus Berbuat Apa?", yang digelar MPP ICMI Bidang 6 (Kesehatan, Perempuan, Anak, dan Pemuda), pada Jumat malam (4/2) adalah:

 

Pertama, ICMI meminta masyarakat untuk selalu waspada terhadap virus omicron. Kedua, ICMI akan membantu edukasi ke masyarakat untuk vaksin dan booster. Kemudian, ICMI mengimbau setiap elemen warga tetap patuhi protokol kesehatan dengan menggunakan masker dan melakukan aktivitas secara daring.

 

ICMI juga menggarisbawahi pemerintah untuk menyiapkan kontingensi plan, rencana penanganan bila terjadi ledakan pandemi. Apalagi dalam sepekan terakhir jumlah kasus harian melesat mencapai puluhan ribu kasus per hari. Pemerintah juga diminta tetap memperketat karantina orang dari luar yang  masuk ke Indonesia. Tidak lupa, ICMI meminta pemerintah tetap menggalakkan Tracking, Testing dan Treatment. Apalagi dalam kondisi banyak pasien yang melakukan isolasi mandiri saat ini.

 

Webinar live ICMI TV ini menghadirkan dua narasumber expert yang membuka beragam perspektif. Pertama, ketua Satgas Covid-19 PB IDI sekaligus Guru Besar Penyakit Dalam Universitas Indonesia, Prof dr Zubairi Djoerban. Kedua, Prof Ridwan Amiruddin, guru besar Epidemiologi Universitas Hasanudin yang saat ini sebagai Ketua Umum Perhimpunan Sarjana dan Profesional Kesehatan Masyarakat Indonesia. Bertindak sebagai moderator adalah Dr Zaenal Abidin Ketua Umum PB IDI 2012-2015.

 

Webinar dibuka dengan saling sapa antar pengurus dan peserta zoom yang berdomisili dari berbagai daerah. Keynote speaker oleh ketua umum MPP ICMI, Prof Dr Arif Satria yang mengingatkan tentang cara hidup yang sangat berubah karena disrupsi akibat pandemi. "Disrupsi telah merubah cara hidup kita. Untuk itu perlu langkah-langkah yang adaptif agar umat manusia mampu bertahan dalam perubahan yang terjadi," kata Arif.

 

Dalam acara tersebut Prof Riri sebagai wakil ketua umum ICMI yang mengadakan acara Webinar memberikan sambutan. Selanjutnya, pengantar Webinar dipaparkan oleh ketua koordinasi bidang MPP ICMI, Prof Fachmi Idris, MKes. 

 

Prof Fachmi mengingatkan bahwa gelombang ketiga pandemi covid-19 di Indonesia adalah nyata dan dapat memberikan tekanan pada sistem kesehatan Indonesia. Fachmi menyampaikan, "Memang benar saat ini tingkat keterisian RS masih rendah, namun harus diingat karena omikron menyebar cepat, maka kasus akan sangat  banyak, sehingga  walau persentase yang terkena covid membutuhkan rumah sakit kecil, akhirnya secara kuantitas juga tetap tinggi." 

 

Ditambahkan Fachmi, "Dikhawatirkan karena penularan di tingkat komunitas tinggi, banyak tenaga kesehatan tertular di rumah tinggal mereka, akibatnya tidak dapat bertugas karena harus isoman. Ini menambah tekanan kepada sistem kesehatan yang juga harus diantisipasi. Bukan hanya menghitung kesiapan tempat tidur semata." Dia menyarankan agar tidak menggunakan masker kain, namun menggunakan masker N95 untuk jaga protokol kesehatan. Tak lupa jangan ragu untuk vaksin booster. 

 

Yang paling penting,  "ICMI harus bergerak melawan hoaks. Membantu menghimbau masyarakat untuk tetap tenang, tidak panik, dan terus mengupdate informasi resmi juga waspada terhadap informasi yang sumbernya tidak dapat dipertanggungjawabkan", demikian kesimpulan webinar yang dirangkum dr Zaenal sebagai moderator acara. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement