Senin 07 Feb 2022 13:17 WIB

AS Nilai Atlet Uighur Bawa Obor Olimpiade Alihkan Pelanggaran HAM

China dinilai ingin mengalihkan perhatian global dari pelanggaran HAM di Uighur

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Cai Qi, Sekretaris Partai Komunis Beijing dan Presiden Komite Penyelenggara Beijing 2022, memegang obor dengan Api Olimpiade pada upacara penyambutan api untuk Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022 di Beijing, Cina, 20 Oktober 2021.
Foto: EPA-EFE/WU HONG
Cai Qi, Sekretaris Partai Komunis Beijing dan Presiden Komite Penyelenggara Beijing 2022, memegang obor dengan Api Olimpiade pada upacara penyambutan api untuk Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022 di Beijing, Cina, 20 Oktober 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk PBB Linda Thomas-Greenfield mengatakah langkah China memilih atlet Uighur untuk membawa obor Olimpiade merupakan upaya "distraksi." Menurutnya China ingin mengalihkan perhatian global dari pelanggaran hak asasi manusia.

"(Itu) merupakan upaya China untuk mengalihkan kita dari isu yang sebenarnya terjadi, masyarakat Uighur disiksa dan Uighur merupakan korban pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan China," kata Thomas-Greenfield di program State of the Union stasiun televisi CNN, Ahad (6/2/2022) malam.

"Kami harus pertahankan itu yang terdepan dan pusatnya," tambah duta besar tersebut.

AS melakukan boikot diplomatik pada Olimpiade Musim Dingin Beijing. Mereka mengirimkan atlet tapi tidak mengirimkan perwakilan delegasi tradisional.

Langkah Washington itu didasari pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan sistematis terhadap etnis dan kelompok agama minoritas di wilayah Barat terutama di Xinjiang yang mayoritas muslim Uighur. Langkah China memilih atlet ski cross-country Dinigeer Yilamujiang  sebagai pembawa terakhir obor Olimpiade dalam upacara pembukaan mengejutkan banyak pihak.

AS mengatakan China melakukan genosida atas perlakuan mereka pada masyarakat Uighur di Xinjiang. China membantahnya dan mengatakan mereka mengambil langkah yang diperlukan untuk menghadapi terorisme dan gerakan separatisme.

"Kami harus menegaskan kejahatan terhadap kemanusiaan telah dilakukan di Cina," kata Thomas-Greenfield.

"Penting bagi penonton yang berpartisipasi dan menyaksikannya ini tidak berarti melepas apa yang kami ketahui di lapangan," tambahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement