Senin 07 Feb 2022 13:56 WIB

Ini Tiga Faktor yang Sebabkan Terjadinya Reinfeksi Covid-19

Ada tiga kemungkinan yang menyebabkan seseorang bisa mengalami reinfeksi Covid-19.

Red: Nora Azizah
Ada tiga kemungkinan yang menyebabkan seseorang bisa mengalami reinfeksi Covid-19.
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Ada tiga kemungkinan yang menyebabkan seseorang bisa mengalami reinfeksi Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI Prof Tjandra Yoga Aditama mengemukakan, ada tiga faktor yang menyebabkan terjadinya reinfeksi pada penyintas COVID-19, bahkan pada mereka yang pernah menerima suntikan vaksin. "Setidaknya ada tiga kemungkinan mengapa seseorang dapat terinfeksi COVID-19 kembali walaupun sebelumnya sudah pernah sakit, bahkan sudah divaksin," kata Prof Tjandra dalam pernyataan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin (7/2/2022).

Pertama, kata Tjandra, varian yang kini muncul adalah Omicron, yang diungkap para peneliti bahwa virus tersebut mampu menembus pertahanan tubuh yang terbentuk, karena seseorang pernah sakit sebelumnya. "Ada penelitian yang menyebut dua atau tiga atau lima kali lebih sering. Ada juga penelitian lain menunjukkan risiko relatif terinfeksi ulang adalah 6,36 kali pada yang belum divaksin, dan 5,02 kali pada yang sudah divaksin," katanya.

Baca Juga

Artinya, kata Tjandra, walaupun sudah divaksin, kemungkinan tetap terinfeksi Omicron masih memungkinkan terjadi, umumnya tanpa gejala atau bergejala ringan. Hal kedua yang dikemukakan Tjandra adalah efikasi vaksin COVID-19 yang tersedia saat ini tidak 100 persen melindungi penerima manfaat dari risiko penularan.

"Orang dapat tetap sakit walaupun sudah divaksin lengkap, bahkan mungkin sesudah dapat booster, karena memang efikasi vaksin tidaklah 100 persen. Jadi, masih mungkin akan ada yang sakit, yang disebut breakthrough infection. Derajatnya dinilai dalam bentuk breaktrough infection rate (B-Infection rate)," ujarnya.

Pemberian vaksin secara lengkap serta diperkuat dengan booster dapat mengurangi angka keparahan saat masuk rumah sakit dan jauh mengurangi kemungkinan penyakitnya jadi memberat. "Akan amat baik kalau kita di Indonesia juga menghitung angka 'B-Infection rate' dan menyampaikannya ke masyarakat luas," katanya.

Mantan Direktur WHO Asia Tenggara itu mengatakan status suseptibilitas atau kerawanan genetika seseorang merupakan faktor ketiga mengapa seseorang kembali terinfeksi COVID-19."Sistem genetika seseorang yang sudah diteliti, antara lain peran polimorfisme ACE2, fenomena 'type 2 transmembrance serine proteases (TMPRSS2) dan genotype 'HLA-B*15:03' yang dihubungkan dengan kejadian sakit," katanya.Namun, bukti ilmiah untuk hal itu belum terlalu jelas. Untuk itu, Tjandra mendorong agar Indonesia melakukan penelitian suseptibilitas genetika COVID-19 untuk membuktikan hal tersebut.

Lebih lanjut, Tjandra mengemukakan hari-hari ini di rumahnya ada enam orang yang positif COVID-19, semuanya sudah pernah PCR dengan hasil positif juga. Jadi, ini sakit yang kedua kali. Tjandra yang juga pakar ilmu kesehatan dari Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) itu mengatakan semua keluarganya yang mengalami reinfeksi juga sudah divaksin dua kali. 

"Kecuali cucu saya yang baru berumur lima tahun," katanya.

Baca juga : Sudah Pernah Positif Covid-19 Kemudian Kena Omicron, Ini Kata Pakar

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement