Selasa 08 Feb 2022 14:40 WIB

Kasus DBD di Indramayu Meningkat Signifikan, Masyarakat Diminta Waspada

Masyarakat Indramayu diminta untuk menggalakkan upaya pencegahan DBD

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Nur Aini
Petugas melakukan pengasapan (fogging) SDN Pabean udik 3 di Indramayu, Jawa Barat, Senin (7/2/2022). Pengasapan yang dilakukan di lingkungan sekolah itu bertujuan sebagai langkah memutus mata rantai perkembangbiakan nyamuk penyebar virus penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Chikungunya saat musim hujan.
Foto: Antara/Dedhez Anggara
Petugas melakukan pengasapan (fogging) SDN Pabean udik 3 di Indramayu, Jawa Barat, Senin (7/2/2022). Pengasapan yang dilakukan di lingkungan sekolah itu bertujuan sebagai langkah memutus mata rantai perkembangbiakan nyamuk penyebar virus penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Chikungunya saat musim hujan.

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU – Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Indramayu tercatat melonjak. Masyarakat diminta untuk waspada dengan menggalakkan upaya pencegahan.

Kabid Pencegahan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu, Dede Setiawan, menyebutkan, sepanjang Januari 2022, kasus DBD di Kabupaten Indramayu tercatat ada 32 orang. Dari jumlah itu, tercatat ada dua orang yang meninggal dunia.

Baca Juga

Menurut Dede, jumlah kasus itu mengalami kenaikan cukup signifikan dibandingkan kasus DBD pada bulan yang sama tahun sebelumnya, atau Januari 2021. Saat itu, jumlah kasusnya hanya 17 orang, tanpa kematian.

"Kami minta masyarakat untuk waspada, apalagi dengan kondisi curah hujan yang tidak menentu seperti sekarang, kadang panas, kadang hujan,’’ ujar Dede, Selasa (8/2/2022).

Dengan kondisi curah hujan seperti itu, kata Dede, sangat memungkinkan timbulnya genangan air. Menurutnya, genangan air di tempat-tempat tertentu bisa menjadi tempat berkembang biaknya jentik nyamuk Aedes aegypti, penyebar DBD.

Untuk mencegah penyebaran DBD, kata Dede, hal yang paling penting dilakukan adalah tindakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) berupa 3M Plus. Sedangkan, untuk fogging (pengasapan), hanya bisa memutus penularan nyamuk dewasa sementara waktu.

Adapun 3M itu adalah menguras tempat penampungan air, menutup tempat penampungan air serta mendaur ulang barang bekas yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti.

Sedangkan Plus-nya, dilakukan sebagai bentuk upaya pencegahan tambahan. Di antaranya, memelihara ikan pemakan jentik nyamuk, menanam tanaman pengusir nyamuk, menggunakan obat anti nyamuk, meletakkan pakaian bekas pakai dalam wadah tertutup, memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi serta memberikan larvasida pada penampungan air yang susah dikuras.

Sebelumnya, imbauan terhadap kewaspadaan DBD juga disampaikan Ketua PMI Kabupaten Indramayu, Mulya Sedjati. Dia mengatakan, kenaikan kasus DBD menyebabkan meningkatnya permintaan trombosit darah.

Mulya menyebutkan, sejak awal hingga pertengahan Januari 2022, permintaan trombosit darah rata-rata mencapai 10-12 labuh per hari. Jumlah itu melonjak tinggi dibandingkan kondisi normal yang hanya di kisaran tiga labuh per hari.

"Hati-hati. Saat cuaca panas dan hujan silih berganti, banyak DBD,’’ kata Mulya. 

Baca: Luhut: Pemerintah tak Mau Masyarakat Panik Ganggu Ekonomi

Baca: Usai Pindahkan PKL, Pemprov DIY akan Perbaiki Infrastruktur Malioboro

Baca: UGM Mulai PTM Terbatas, Pakai Sistem Bauran dengan Online

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement