Rabu 09 Feb 2022 14:49 WIB

Omicron Sangat Infeksius, IDAI: Penularan Luar Biasa Masif-Kasus Berat Mulai Dilaporkan

IDAI sebut varian omicron sangat infeksius, tetap dapat timbulkan gejala berat.

Red: Reiny Dwinanda
Ilustrasi varian omicron dari virus penyebab Covid-19. Sebagian besar kasus omicron tidak menimbulkan gejala atau bergejala ringan, namun varian virus ini sangat infeksius sehingga kasus berat pun berpotensi menjadi banyak.
Foto: Pixabay
Ilustrasi varian omicron dari virus penyebab Covid-19. Sebagian besar kasus omicron tidak menimbulkan gejala atau bergejala ringan, namun varian virus ini sangat infeksius sehingga kasus berat pun berpotensi menjadi banyak.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Piprim Basarah Yanuarso SpA(K) menyerukan agar masyarakat tidak terlena dengan narasi yang menyebut bahwa varian omicron dari SARS-CoV-2 hanya mendatangkan gejala Covid-19 ringan. Ia mengingatkan bahwa varian ini sangat menular dan lonjakan kasus di Jawa-Bali dalam sepekan terakhir tampak luar biasa.

"Varian omicron sangat infeksius, penularan bisa luar biasa masif, dan kasus-kasus berat mulai dilaporkan," kata dr Piprim dalam konferensi pers virtual yang diselenggarakan lima organisasi profesi dokter pada Rabu (9/2/2022).

Baca Juga

Menurut dr Piprim, sebagian besar kasus Covid-19 pada anak akibat infeksi varian omicron memang ringan. Sedikit dari anak yang terkena Covid-19 mengalami gejala berat.

"Namun, mengingat penularannya yang luar biasa masif, kasus gejala berat yang tadinya sedikit itu bisa menjadi banyak dan tentu tidak ada yang ingin anaknya mengalami gejala berat hingga menderita komplikasi," kata dr Piprim.

Dari perkembangan kasus yang dilaporkan anggota IDAI di seluruh daerah, dr Piprim mengungkap bahwa ada anak-anak yang terkena sindrom peradangan mulitisistem (MIS-C). Anak dengan kondisi ini mengalami peradangan di banyak organ hingga membahayakan nyawanya.

"Ada juga yang terkena long Covid, mengalami gangguan jantung dan mengembangkan diabetes pasca Covid," ungkap dr Piprim.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement