Ahad 13 Feb 2022 11:06 WIB

KCIC: Pemindahan Ibu Kota tak Pengaruhi Potensi Penumpang Kereta Cepat

Potensi penumpang tetap ada karena Jakarta masih akan menjadi pusat ekonomi.

Red: Ratna Puspita
PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) menilai rencana pemindahan ibu kota negara (IKN) ke Kalimantan Timur tidak mempengaruhi potensi penumpang kereta cepat Jakarta-Bandung. (Foto: Pekerja menyelesaikan proyek pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung)
Foto: Antara/Indrianto Eko Suwarso
PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) menilai rencana pemindahan ibu kota negara (IKN) ke Kalimantan Timur tidak mempengaruhi potensi penumpang kereta cepat Jakarta-Bandung. (Foto: Pekerja menyelesaikan proyek pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) menilai rencana pemindahan ibu kota negara (IKN) ke Kalimantan Timur tidak mempengaruhi potensi penumpang kereta cepat Jakarta-Bandung. Potensi penumpang tetap ada karena Jakarta masih akan menjadi pusat ekonomi, bisnis, dan perdagangan, yang ramai dikunjungi masyarakat.

Presiden Direktur KCIC Dwiyana Slamet Riyadi mengatakan, kereta cepat ini akan melalui daerah industri yang sedang tumbuh di sepanjang jalur Jakarta-Bandung. "Pemindahan IKN tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah penumpang mengingat Kota Jakarta masih tetap menjadi kota perdagangan utama dan akan tetap mendorong pertumbuhan ekonomi di sekitarnya," ujar dia dalam pernyataan di Jakarta, Ahad (13/2/2022).

Baca Juga

Ia juga memaparkan hasil riset Polar UI pada 2021 mengenai potensi penumpang dari kereta cepat yang diperkirakan bisa mengangkut 30.000 penumpang harian. Namun, Dwiyana mengatakan perkiraan jumlah penumpang ini lebih rendah dari riset LAPI ITB yang sempat merilis angka pengguna 61.000 penumpang per hari.

"Penurunan permintaan ini terjadi karena riset Polar UI didasari pada kondisi pandemi Covid-19 dan dampak turunan lainnya yang berimbas pada turunnya mobilitas warga," katanya.

Ia juga mengakui jumlah penumpang kereta cepat Jakarta-Bandung ini akan terdampak pandemi Covid-19 dan mempengaruhi proyeksi pengangkutan hingga lima tahun ke depan. "Perhitungan demand forecast yang terkini menggunakan pendekatan serta asumsi pertumbuhan yang konservatif, terutama di lima tahun pertama masa pengoperasian, dan tentu kami terus berharap pandemi ini segera usai sehingga mobilitas warga bisa kembali normal," katanya.

Kendati demikian, ia meyakini potensi perekonomian yang membaik dan kembalinya aktivitas manusia bisa menjadi harapan adanya peningkatan jumlah penumpang kedepannya. "Walaupun dalam lima tahun pertama pertumbuhan penumpang diasumsikan kecil (konservatif), namun di tahun berikutnya diharapkan akan ada masa mobilitas orang akan membaik seiring dengan menggeliatnya perekonomian kita pasca-Covid-19," kata Dwiyana.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement