Senin 14 Feb 2022 19:31 WIB

Kematian Harian Menanjak, Hari Ini Dilaporkan 145 Orang Meninggal karena Covid-19

Menkes meyakini kematian harian Covid tak akan seperti saat puncak penularan Delta.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Andri Saubani
Sejumlah petugas melakukan pemakaman jenazah pasien Covid-19 di TPU Rorotan, Jakarta, Kamis (10/2/2022). Pada hari ini tercatat ada 145 kematian akibat Covid-19.
Foto: Antara/M Risyal Hidayat
Sejumlah petugas melakukan pemakaman jenazah pasien Covid-19 di TPU Rorotan, Jakarta, Kamis (10/2/2022). Pada hari ini tercatat ada 145 kematian akibat Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasus kematian Covid-19 menanjak saat angka harian kasus baru Covid-19 mengalami penurunan. Pada hari ini dilaporkan 145 kematian akibat Covid-19 selama 24 jam terakhir. Sebelumnya, pada Sabtu dan Ahad, dilaporkan 107 dan 111 kematian akibat Covid-19 dalam sehari.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, meyakini angka kematian yang disebabkan oleh Covid-19 varian Omicron tak akan melebihi 500 atau 1.000 kasus per harinya. Pasalnya, tingkat kefatalan varian Omicron lebih rendah jika dibandingkan dengan varian Delta.

Baca Juga

"Mungkin akan ada kenaikan karena belajar dari sebelumnya, kematian itu lagging dua minggu. Tapi, saya rasa tidak akan lebih dari 111 even sampai ke 500 atau sampai 1.000 itu tidak mungkin. Apalagi mencapai 2.069 kematian per hari seperti puncak Delta," kata Budi dalam Konferensi Pers secara daring, Senin (14/2/2022).

Dalam kesempatan itu, Budi juga menjelaskan puncak kasus Covid-19 akibat varian Omicron ini sudah tercapai yaitu 55 ribu kasus. Sementara untuk angka kematian mencapai 111 kasus.

"Ini jauh sekali dibandingkan kasus Delta di 2021," tegasnya.

Namun, kondisi ini harus terus dijaga. Apalagi, ada tiga kelompok yang sangat rentan terhadap paparan virus ini, yaitu lansia, pasien komorbid, dan mereka yang belum mendapat vaksin Covid-19 secara lengkap.

"Kalau soal lansia, usia kami tidak bisa atur apa-apa. Komorbid juga tidak bisa disembuhkan dalam waktu dekat. Nah, kelompok yang belum divaksinasi yang harus difokuskan untuk tekan angka kasus dan kematian," ujar eks Wakil Menteri BUMN itu.

"Karena itu, kami sangat mengimbau kepada masyarakat yang belum divaksin atau melengkapi vaksinasi dua dosis dan booster, segera vaksinasi. Jangan pilih-pilih vaksin, cepat vaksinasi," tegas Budi.

Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman mengatakan, angka kematian sebagai indikator telat atau lagging indicator memang akan timbul terlambat. Bahkan, kenaikan angka kematian cenderung baru mulai terlihat 4 minggu pascakasus pertama terdeteksi.

"Dan ini bisa bertahan 2 atau 3 minggu paska puncak terlewati," ujarnya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement