Selasa 15 Feb 2022 14:21 WIB

BI Optimistis BSPI 2025 Buka Akses 91,3 Juta Penduduk kepada Perbankan

BSPI 2025 akan membuka akses bagi 62,9 juta UMKM ke dalam ekonomi formal

Red: Gita Amanda
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Doni Primanto Joewono optimistis Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia (BSPI) 2025 akan membuka akses bagi 91,3 juta penduduk Indonesia yang belum tersentuh perbankan atau unbankable. (ilustrasi).
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Doni Primanto Joewono optimistis Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia (BSPI) 2025 akan membuka akses bagi 91,3 juta penduduk Indonesia yang belum tersentuh perbankan atau unbankable. (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Doni Primanto Joewono optimistis Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia (BSPI) 2025 akan membuka akses bagi 91,3 juta penduduk Indonesia yang belum tersentuh perbankan atau unbankable. Selain itu, BSPI 2025 juga akan membuka akses bagi 62,9 juta UMKM ke dalam ekonomi formal dan keuangan yang berkelanjutan.

"Kami optimis sinergi semua pihak dapat mewujudkan visi BSPI 2025," ujar Doni dalam Side Event Presidensi G20 Indonesia di Jakarta, Selasa (15/2).

Baca Juga

BSPI 2025 adalah arah kebijakan sistem pembayaran BI untuk menavigasi peran industri sistem pembayaran di era ekonomi dan keuangan digital. Blueprint berisi lima Visi Sistem Pembayaran Indonesia 2025 yang dilaksanakan oleh lima working group, yaitu OpenBanking, Sistem Pembayaran Ritel, Sistem Pembayaran Nilai Besar dan Infrastruktur Pasar Keuangan, Data dan Digitalisasi, dan Reformasi Regulasi, Perizinan, dan Pengawasan.

Di era digital, Doni menilai sistem pembayaran menjadi perantara bagi terbentuknya ekosistem ekonomi baru, yaitu ekosistem ekonomi dan keuangan digital. Dalam beberapa tahun terakhir, kemajuan yang didorong oleh teknologi dalam sistem pembayaran mengarah pada penciptaan model bisnis baru, kedatangan pemain baru yang tepat, transformasi perilaku konsumen, serta lanskap ekonomi dan keuangan.

"Konsumsi telah bergeser dari belanja offline ke online, sehingga meningkatkan permintaan akan solusi pembayaran yang lebih cepat, mobile, dan lebih aman. Pola hubungan industri antar agen juga semakin moderat membangun model bisnis baru," tuturnya.

Selain itu, ia mengungkapkan batas-batas yurisdiksi pun memudar akibat platform digital global, sehingga memberikan peluang baru dengan optimalisasi biaya yang lebih rendah. Hasilnya, layanan keuangan menjadi lebih terjangkau dan mudah diakses, termasuk bagi masyarakat tak tersentuh perbankan dan segmen UMKM yang kurang mengenal keuangan dan teknologi.

Melalui digitalisasi, Doni pun berharap inklusi keuangan dapat meningkatkan produktivitas dan inklusifitas ekonomi yang berkelanjutan, khususnya di kalangan UMKM dan perempuan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement