Rabu 16 Feb 2022 05:05 WIB

Meski Ada Insentif Pajak, Ternyata Pemenuhan Permintaan Pasar Masih Terkendala Ini

Perangkat semikonduktor masih harus diimpor dan distribusinya terkendala pandemi

Red: Hiru Muhammad
Honda BRV menjadi salah satu produk Honda yang terdampak tersendatnya semikonduktor yang masih harus diimpor. Hal ini berdampak pada terganggunya jadwal pengiriman kendaraan ke tangan konsumen .
Foto: dok HPM
Honda BRV menjadi salah satu produk Honda yang terdampak tersendatnya semikonduktor yang masih harus diimpor. Hal ini berdampak pada terganggunya jadwal pengiriman kendaraan ke tangan konsumen .

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Stimulus pajak otomotif yang diberlakukan pemerintah sejak Maret tahun lalu, meski memberikan kontribusi besar bagi industri otomotif nasional, ternyata belum sepenuhnya mampu mengatasi kendala yang dihadapi industri tersebut. Terutama menyangkut kelancaran pasokan kendaraan ke tangan konsumen. 

Ternyata kalangan industri otomotif masih terkendala dengan tersendatnya distribusi perangkat Chip atau semikonduktor yang merupakan produk vital. Perangkat ini harus diimpor dari sejumlah negara yang proses pengirimannya tersendat akibat pandemi Covid-19.

Baca Juga

"Selama masa pandemi banyak aktivitas digital yang menggunakan ponsel atau komputer, keterbatasan aktivitas produksi membuat pasokan chip menjadi berkurang, belum lagi distribusi produk yang tersendat karena terbatasnya distribusi, gangguan jaringan global supplay chain berdampak ke pasar," kata Julian Karvili, PR Manager PT Honda Prospect Motor (HPM) dalam diskusi otomotif terkini yang digelar Forum wartawan otomotif (Forwot), Selasa (15/2).

Bagi Honda sendiri, keberadaan chip merupakan sarana vital karena perangkat canggih tersebut telah disematkan ke seluruh sistem elektronik yang ada di seluruh produk kendaraan modern seperti Honda. Seperti power train, audio, sistem penerangan, air bag, sistem keselamatan dan lainnya. Produk yang paling terdampak umumnya yang paling banyak dipesan seperti Honda Brio, HRV, BRV atau produk Honda yang sudah dilengkapi teknologi Honda Sensing.  "Makin banyak fitur elektroniknya, makin banyak chip yang dibutuhkan," katanya.

Di sisi lain kelangkaan chip sendiri mampu mendongkrak harga jual kendaraan. Wacana lokalisasi chip sendiri sempat diutarakan kalangan industri terkait. Namun ketersediaan bahan baku, distribusi bahan, manajemen produksi juga patut diperhatikan. Meski kini kondisi telah berangsur pulih, namun situasi belum sebaik sebelum pandemi. Pihaknya masih memprioritaskan kebutuhan chip bagi produk yang permintaan pasarnya paling tinggi. Ini dilakukan guna mempersingkat daftar tunggu bagi konsumen yang telah panjang daftar antreannya. Honda sendiri di Indonesia memiliki dua pabrik yang kini semuanya memprioritaskan memproduksi Honda Brio. 

Memasuki tahun 2022, tentunya harapan lebih baik dari sebelumnya. Adaya vaksinasi dan pandemi yang sudah mulai terkendali diharapkan mampu menggerakkan ekonomi lebih baik lagi. Pihaknya akan memprioritaskan produk yang sudah panjang daftar antreannya. "Penjualan bulan Februari dan Maret diharapkan lebih baik, apalagi nanti ada pameran," kata Julian.

Mengawali tahun 2022, Honda mencatatkan penjualan sebesar 7.727 unit di sepanjang bulan Januari 2022, dengan Honda Brio dan Honda BR-V memberikan kontribusi tertinggi untuk penjualan Honda. Meskipun penjualan di Januari masih terdampak terganggunya pasokan komponen untuk produksi, Honda optimis bahwa tren penjualan akan bergerak positif pada bulan Februari ini.

Sepanjang bulan Januari 2022, Honda Brio berhasil membukukan total penjualan 3.993 unit, dengan Honda Brio Satya sebesar 3.020 unit dan Honda Brio RS sebesar 973 unit. Sementara itu, All New Honda BR-V yang baru memulai pengiriman kepada konsumen di awal Januari mencatat menyumbangkan penjualan sebanyak 1.504 unit.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement