Rabu 16 Feb 2022 16:35 WIB

Presdir BCA: LCS Dukung Perdagangan dan Investasi Global Lebih Efisien

Transaksi LCS di BCA pada tahun lalu tumbuh 41 persen (yoy).

Red: Nidia Zuraya
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja mengatakan penerapan kerja sama mata uang lokal alias Local Currency Settlement (LCS) mendukung perdagangan dan investasi global menjadi lebih efisien.
Foto: istimewa
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja mengatakan penerapan kerja sama mata uang lokal alias Local Currency Settlement (LCS) mendukung perdagangan dan investasi global menjadi lebih efisien.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Direktur PT Bank Central Asia atau BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan penggunaan mata uang lokal dalam transaksi antarnegara atau Local Currency Settlement (LCS) mendukung perdagangan dan investasi global menjadi lebih efisien."Kalau investasi dan perdagangan global lebih efisien, tentunya transaksinya akan lebih cepat, lebih marak, dan lebih membantu," tutur Jahja dalam Side Event Presidensi G20 Indonesia di Jakarta, Rabu (16/2/2022).

Ia menjelaskan salah satu bentuk efisiensi dari LCS yakni terjadi saat importir dan eksportir mengkonversi mata uang yang kini bisa langsung ke mata uang negara yang bekerja sama transaksi LCS dengan Indonesia. Sebelumnya, importir atau eksportir harus mengkonversi mata uang asing yang diterima dari perdagangan global ke dolar AS terlebih dahulu, barulah kemudian bisa mengkonversikan kembali dolar AS tersebut ke mata uang lokal.

Baca Juga

"Itu berarti ada dua kali biaya yang harus ditanggung kedua belah pihak. Namun dengan LCS, rupiah ke mata uang lain dan sebaliknya itu hanya satu kali konversi," ucap dia.

Jahja menambahkan efisiensi lainnya yang ditimbulkan LCS adalah mengenai waktu karena untuk mengkonversi rupiah ke mata uang negara yang bekerja sama dalam implementasi LCS seperti Jepang, China, Thailand, dan Malaysia hanya terdapat perbedaan waktu satu hingga dua jam.

Kondisi tersebut tentunya berbeda jika konversi rupiah dilakukan terlebih dahulu ke dolar AS yang tentunya memiliki perbedaan waktu hingga 12 jam antara Indonesia dengan Negeri Paman Sam, sehingga terkadang terdapat keterlambatan dari segi settlement. Maka dari itu, ia berpendapat seluruh keuntungan transaksi LCS tersebut tidak hanya dinikmati oleh perbankan, namun juga masyarakat yang berlaku sebagai importir maupun eksportir.

Transaksi LCS di BCA tercatat cukup signifikan pada tahun lalu, yakni tumbuh 41 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy), baik dari jumlah volume maupun nilainya.Untuk tahun 2022, Jahja meyakini transaksi LCS di BCA bisa kian meningkat dan diperkirakan bertumbuh 40 persen (yoy) hingga 50 persen (yoy).

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement