Senin 21 Feb 2022 11:48 WIB

Protes Kenaikan Harga Kedelai, Perajin Tahu-Tempe Banyumas Mogok Berjualan

Perajin bersiap menaikkan harga jual tahu mereka atau mengecilkan ukuran tahu.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Agus raharjo
Pekerja memotong tahu di Pabrik Tahu NJ, Jalan Terusan Pasirkoja, Babakan Ciparay, Kota Bandung, Rabu (16/2/2022). Sejumlah perajin tahu tempe di Bandung berencana akan melakukan mogok produksi pada 21-23 Februari 2022, akibat tingginya harga kedelai yang mencapai Rp11.500 yang sebelumnya hanya Rp9 ribu. Meski demikian, Pemerintah Kota Bandung melalui Dinas Perdagangan dan Industri (Disdagin) Kota Bandung meminta perajin untuk tidak mogok produksi dan mempersilakan para perajin untuk menaikkan harga. Foto: Republika/Abdan Syakura
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Pekerja memotong tahu di Pabrik Tahu NJ, Jalan Terusan Pasirkoja, Babakan Ciparay, Kota Bandung, Rabu (16/2/2022). Sejumlah perajin tahu tempe di Bandung berencana akan melakukan mogok produksi pada 21-23 Februari 2022, akibat tingginya harga kedelai yang mencapai Rp11.500 yang sebelumnya hanya Rp9 ribu. Meski demikian, Pemerintah Kota Bandung melalui Dinas Perdagangan dan Industri (Disdagin) Kota Bandung meminta perajin untuk tidak mogok produksi dan mempersilakan para perajin untuk menaikkan harga. Foto: Republika/Abdan Syakura

REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO --Perajin tahu dan tempe di seluruh Kabupaten Banyumas mulai menggelar aksi mogok produksi dan jualan, Senin (21/2/2022). Aksi mereka untuk memprotes kenaikan harga kedelai yang sejak awal tahun melonjak.

Perajin tahu di Jalan Kaliputih, Kel Purwokerto Wetan, Kecamatan Purwokerto Timur, Kabupaten Banyumas, Teguh Setiyanto (45 tahun) merupakan salah satu pengrajin yang mogok jualan di Pasar Wage Purwokerto. "Hari ini saya gak jualan di Pasar Wage, tapi saya tetap produksi," ujar Teguh saat dikunjungi ke tempat produksinya, Senin (21/2/2022).

Baca Juga

Hal ini karena bahan baku tahu (laru) harus tetap diolah agar tidak membusuk. Teguh mengungkapkan, sebelum harga kedelai naik, masih sekitar Rp 9.500 per kilogram. Setiap harinya ia bisa memproduksi sekitar 9 masak tahu atau sebanyak 45 kilogram kedelai.

Saat ini, di harga kedelai Rp 12 ribu per kilogram, Teguh hanya memproduksi sebanyak 6 masak atau 30 kilogram per hari, dengan 2 masak diolah menjadi tahu goreng. Untuk menyiasati harga yang naik, ia menjual tahu dengan ukuran yang lebih kecil. Ia mencontohkan, sebelum harga melonjak, 1 masak tahu akan dipotong 15x17, saat ini ia potong lebih kecil menjadi 16x18 potong per masak.

"Kalau ada kenaikan harga kedelai ini kan nggak mungkin kita naikin harga, pembeli nggak akan mau, paling kita perkecil ukurannya," ujar Teguh.

Sementara itu, pedagang tempe di Pliken, Kecamatan Kembaran, Sulaiman (56 tahun) mengatakan, meski jumlah kedelai yang diproduksi diturunkan, dari 35 kg menjadi 25-30 kg per hari, ia tetap harus menaikkan harga jual. Hal ini untuk tetap mempertahankan arus penjualan tempe.

"Masih tetap ada yang mau beli tapi ada juga yang tidak mau beli dengan harga dinaikkannya," kata Sulaiman.

Sebelumnya Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu (Gakoptindo) Aip Syarifuddin mengatakan, perajin tahu tempe di seluruh pulau Jawa akan mogok produksi mulai tanggal 21-23 Februari 2022 mendatang.

Aksi mogok ini merupakan jalan terakhir karena harga kedelai yang terus naik, sehingga memberatkan para pengrajin tahu dan tempe. "Awalnya yang mengajukan pernyataan ingin lakukan mogok hanya DKI Jakarta dan Jabodetabek. Makin kesini diikuti juga oleh daerah Bandung, Bogor, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah sama Jawa Timur sekarang sudah bikin pernyataan ikut. Sehingga bisa dibilang seluruh Jawa akan mogok produksi," ujar Aip, Jumat (18/2/2022) lalu.

Baca juga : Pengrajin Tahu dan Tempe di Bandung Mulai Mogok Produksi

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement