Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Nuskhan Abid

Pembelajaran Karakter Secara Daring, Kenapa Tidak?

Eduaksi | Monday, 21 Feb 2022, 14:50 WIB

Gelombang ketiga merebaknya varian baru virus COVID-19 telah dimulai. Layaknya sebuah pertarungan di ring tinju, ini merupakan pukulan bertubi-tubi yang harus diterima oleh semua elemen di dunia pendidikan. Kita harus bersiap kembali menghadapi proses pembelajaran secara daring. Padahal proses pembelajaran daring dikeluhkan banyak orang karena segenap keterbatasan, salah satunya adalah kurang maksimalnya pelaksanaan pendidikan karakter.

Kewajiban untuk mengintegrasikan nilai-nilai karakter memang menjadi satu pekerjaan rumah tersendiri bagi para pelaku dunia pendidikan. Sebuah pertanyaan menyeruak, apakah bisa kita mengajarkan nilai karakter dalam proses belajar pembelajaran secara daring? Saatnya mengeluarkan pepatah lama, ada banyak jalan menuju Roma! Pasti ada cara dan jalan bagi siapapun juga yang mau belajar dan berusaha.

Ada sebuah metode atau sistem pembelajaran yang bisa diaplikasikan saat pembelajaran daring. Salah satunya adalah PBIS. PBIS adalah singkatan dari positive behavior intervention and support. PBIS ini merupakan salah satu sistem yang digunakan untuk membiasakan perilaku positif pada pembelajar.

Nah bagaimana penerapan PBIS ini saat proses belajar dan pembelajaran online? Tentunya kita membutuhkan bantuan sebuah sistem pembelajaran yang bisa mengakomodir nilai-nilai positif di dalamnya. Selama ini kendala penerapan nilai karakter adalah inkonsistensi. Pemilihan sistem pembelajaran yang tepat akan mendukung pengajar untuk menerapkan pendidikan karakter saat pembelajaran daring.

Salah satu sistem berbasis website yang mendukung PBIS seperti Classcraft, Class Dojo, Dyknow, ataupun Nearpod. Software manajemen kelas ini merupakan sebuah sistem manajemen perilaku, yang efektif untuk membantu pendidik mencapai keberhasilan (perilaku positif) siswa.

Pengajar dapat membuat beberapa perilaku positif dan memberikan nilai berdasarkan tingkatan perilakunya. Lantas bagaimana cara memverifikasi apa yang sudah dilakukan oleh siswa? Sistem dalam software manajemen kelas memungkinkan bagi siswa untuk mengirimkan bukti berupa video, audio, ataupun dalam bentuk gambar. Jadi pengajar tidak perlu kuatir bahwa siswa mereka akan melakukan kecurangan. Intinya karena siswa dibiasakan untuk berbuat baik, maka pada akhirnya mereka akan terbiasa untuk melakukan hal-hal positif lainnya.

Pengalaman saya menggunakan aplikasi manajemen kelas di mata kuliah Bahasa Inggris membuktikan bahwa sistem ini sangat tepat untuk mendukung penanaman dan praktik pendidikan karakter. Dalam kelas yang saya ampu, saat saya mengajar kelas Bahasa Inggris dengan topik kebersihan lingkungan, saya memberikan beberapa tugas kepada mahasiswa untuk berperilaku positif dalam bentuk peduli dengan kebersihan lingkungan dari sampah plastik.

Hasilnya dalam video aktifitas mereka dapat terlihat perilaku positif yang mereka lakukan, salah satu contoh adalah ada seorang mahasiswa yang membersihkan plastik (tas kresek) untuk didaur ulang dan dijadikan bunga plastik. Ada juga mahasiswa yang mendaur ulang botol air mineral menjadi tempat pensil, gantungan hijab, dan beberapa karya dari barang-barang bekas. Praktik seperti ini saya lakukan semenjak pandemi COVID-19 melanda.

Berdasarkan pengalaman yang saya laksanakan pada proses pembelajaran, penanaman pendidikan karakter bisa dilakukan dalam situasi pembelajaran daring. Intinya pengajar harus mempunyai sebuah target atau capaian. Nilai karakter apakah yang ingin dikenalkan? Nilai karakter apakah yang ingin ditanamkan? Apabila pengajar sudah memiliki tujuan atau target nilai karakter yang ingin dibiasakan akan sangat mudah bagi pengajar untuk menentukan desain instruksional yang harus dilakukan oleh pembelajar.

Pendidikan karakter akan berhasil apabila hal ini konsisten dilakukan. Pembiasaan hal baik yang ditugaskan oleh pengajar akan dijalankan oleh pembelajar, karena adanya sebuah kegiatan yang sudah disepakati oleh pengajar dan pembelajar. Ketika pengajar sudah menentukan satu karakter untuk diamalkan pembelajar, dan semua aktifitas untuk mempraktikkan nilai karakter tersebut sudah dipaparkan, maka pembelajar akan menjalankan instruksi tersebut. Pembelajar yang tidak menjalankan instruksi tentu tidak akan mendapatkan nilai, karena aktifitas ini merupakan bagian dari proses belajar dan pembelajaran.

Disinilah, sisi baik penerapan sistem PBIS secara virtual dapat mendukung pembelajaran karakter di masa pandemi. Pembiasaan perilaku baik yang terisistem ini, apabila konsisten dilakukan tentu akan terlihat hasilnya, seperti contoh praktik pelaksanaan metode PBIS yang sudah saya praktikkan. Dengan munculnya aplikasi yang mendukung penanaman pendidikan karakter tentu memudahkan pengajar untuk memantau aktifitas dan perkembangan sikap pembelajar.

Pendidikan karakter sangat mungkin dilakukan secara virtual tanpa harus bertatap muka secara langsung. Adanya aplikasi membantu pengajar untuk mengelola kelas dan mengintegrasikan nilai karakter di dalamnya. Pengajar bisa memberikan masukan ataupun umpan balik ketika pembelajar melaporkan kegiatan atau aktifitas positif yang sudah mereka lakukan. Adanya ungkapan bisa karena terbiasa menjadi kunci utama pelaksanaan pendidikan karakter secara virtual ini. Adanya sistem PBIS yang dijalankan dengan bantuan aplikasi dapat menjadi solusi kendala pembelajaran karakter secara daring.

Anggapan bahwa pembelajaran online kurang maksimal dalam pembelajaran karakter sangatlah kurang tepat. Asalkan kita kreatif dan bisa mengoptimalkan hal-hal yang ada di sekitar kita tentu kita kan mendapatkan hasil yang positif sesuai dengan harapan. Setiap pengajar harus meningkatkan profesionalitas mereka dengan belajar pemanfaatan teknologi komunikasi yang dewasa ini begitu canggih. Apabila pengajar bisa memanfaatkan teknologi tentu akan mudah menerapkan gagasan yang mereka miliki, sehingga target atau tujuan dari pembelajaran akan tercapai secara maksimal.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image