Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Tutut Bina S

Sejauh Apapun Melangkah, Tuhan Selalu Memanggil untuk Pulang

Sastra | Tuesday, 22 Feb 2022, 06:40 WIB
Gambar: Novel Pulang Karya Tere Liye

Sungguh, sejauh apapun kehidupan menyesatkan, segelap apapun hitamnya jalan yang kutempuh, Tuhan selalu memanggil kami untuk pulang (Tere Liye dalam Novel Pulang).

Judul Buku: Pulang

Penulis: Tere liye

Jumlah halaman: 395 hal

Penerbit: Sabakgrip

Tanggal-bulan-tahun diterbitkan: Cetakan ke 4, Agustus 2021

ISBN: 987-623-95545-0-7

Halo Sobat pecinta buku. Salah satu hal yang sudah lama ingin kulakukan adalah membaca novel Tere Liye. Tapi apa daya emak-emak ini kadang belum bisa membagi waktu dengan baik, jadi meskipun novel sudah dibeli, bacanya kapan tahu. Ketika ada kesempatan melahap habis novel ini dan terkesan banget sama isinya, langsung dengan semangat kutulis reviewnya.

Novel Pulang karya Tere Liye pertama kali terbit tahun 2015. Wow dah lama banget ya :), dan aku baru baca sekarang. He he.

Sinopsis

Cerita di awali dengan kisah seorang anak usia 15 tahun yang biasa dipanggil Bujang mengikuti perburuan babi hutan yang dilakukan oleh rombongan sahabat bapaknya, Tauke Muda. Bujang tumbuh di pedalaman hutan Sumatera dengan segala keterbatasan. Keluarganya hidup sebagai petani ladang. Bujang tak mengenal bangku sekolah. Begitu Tauke Muda akan kembali ke kota, bapak sang anak yang bernama Samad berusaha agar Bujang bisa dibawa ke kota.

Meski pada awalnya mamak Bujang, Midah tak setuju, Samad berhasil meyakinkan Midah bahwa Bujang ikut Tauke Muda demi masa depannya, juga Bujang sendiri yang memilih untuk bisa ikut ke kota. Jika Bujang hanya di tempat tinggal sekarang, maka tak akan jelas masa depannya, pun Bujang tak akan bisa dikirim ke keluarga mamaknya, yang tak pernah bisa menerima keberadaan Samad dan pernikahannya dengan Midah.

Setelah Bujang ikut Tauke Muda, yang selanjutya menjadi Tauke Besar, dia sangat berharap ingin menjadi tukang pukul, sama dengan orang-orang yang direkrut Tauke Muda, sama juga dengan bapaknya. Tetapi Tauke Besar menemukan potensi lain dalam diri Bujang, tidak hanya menjadi tukang pukul untuk menguatkan bisnis keluarga Tong di masa depan. Tauke Besar akan menyekolahkan Bujang.

Akan tetapi Bujang tidak mau bersekolah, dia lebih memilih menjadi tukang pukul. Tauke Besar mengijinkan Bujang menjadi tukang pukul jika bertahan lebih dari 20 menit di acara ritual Amok. Karena gagal, akhirnya Bujang mengalah untuk bersekolah, tidak ikut menjadi tukang pukul bersama Basyir dan teman-teman lainnya yang direkrut keluarga Tong. Berkat ketekunan dan tangan dingin Frans, guru privatnya, Bujang yang tak pernah mengenyam bangku sekolah mampu meraih gelar Sarjana, bahkan gelar masternya diperoleh dari Amerika.

Dalam perjalananya pencapaian prestasi dalam hidup Bujang disusul berbagai kesedihan kematian mamak dan bapaknya. Kematian keduanya membuat Bujang sangat terpukul. Meski Bujang tak merasa dekat dengan bapakya, dan lebih banyak kenangan pedih, bagaimana bapaknya memukulinya saat mengetahui ia belajar agama dan didikan keras lainnya, tetap saja Bujang merasa sangat kehilangan.

Selain pendidikan yang kayak, Tauke Besar juga memberikan bekal kemampuan bela diri dan bertarung untuk Bujang melalui guru-guru terbaik. Bujang belajar tinju dari Kopong, belajar Samurai dengan guru Bushi, mantan ninja dari Jepang dan belajar menembak dengan Salonga, penembak jitu dari Filipina.

Bujang tumbuh menjadi lelaki dewasa yang cerdas, menawan dan jago bela diri. Bujang sangat menyayangi Tauke Besar dan setia padanya. Pada suatu kesempatan mendampingi Tauke Muda Bujang berhasil melumpuhkan 6 orang lawan seorang diri.

Kemampuan bela diri dan kecerdasan otaknya menjadikan Bujang sebagai orang kepercayaan Tauke Besardalam lobi tingkat tinggi. Lobi dengan para intelektual, tokoh politik atau penguasa ekonomi kelas kakap.Termasuk saat melobi Master Dragon, penguasa shadow economy daratan China karena alat pemindaicanggih kekuarga Tong dicuri oleh Keluarga Lin, penguasa Makau.

Meski lobi dengan Master Dragon dibiliang berhasil akan tetapi Keluarga Lin tidak mau menyerahkan alat pemindai canggih yang dicuri. Dari sinilah konflik Bujang beserta keluarga Tong dengan keluarga Ling mulai meruncing.

Keluarga Tong memang memiliki kekuatan besar, tetapi ada ancaman yang tak kalah besar juga. Bukanancaman dari luar yang pada akhirnya meruntuhkan benteng pertahanan keluarga Tong. Akan tetapi, seorang pengkhianat yang ternyata telah lama menyusun kekuatan secara diam-diam.

Siapakah pengkhianat itu? Bagaimana Bujang menghadapi pengkhianat yang ingin menghancurkan keluarga Tong? Apa yang akan Bujang lakukan setelah Tauke Besar meninggal? Apakah Bujang pada akhirnya benar-benar pulang?

Kelebihan

Novel ini bercerita tentang kasih sayang orang tua-anak, persahabatan, kesetiaan, pengkhianatan, kegigihan, kesabaran, kerja keras dan bagaimana berdamai dengan masa lalu yang penuh kepedihan.

Satu kata setelah aku selesai membaca novel ini. Keren. Membaca novel ini seperti sedang menonton film laga bercampur drama 3 dengan format 3 dimensi. Cara penulis menggambarkan detail perkelahian, pertarungan demi pertarungan seperti adegan-adegan dalam film laga. Salah satunya adalah adegan saat Bujang berusaha kabur dari kejaran keluarga Lin.

Selain itu cara penulis menggambarkan karakter tokohnya cukup rapi dan detail lewat berbagai dialog dan penggambaran berbagai adegan. Sudut pandang orang pertama yang dipilih penulis juga mampu menenggelamkan aku sebagai pembaca ikut menyelami emosi dan berbagai perasaan yang berkecamuk dalam diri Bujang.

Penulis juga menunjukkan wawasan yang cukup luas dengan adanya tokoh-tokoh dairi berbagai etnis dalam cerita. Bujang, Samad, mamak dan Tuanku Imam adalah orang Sumatera; Tauke Besar sebagai warga keturunan Tionghoa; Basyir dengan latar belakang keturunan Arab; Frans dari Amerika; Guru Bushi dari Jepang dań Parwesh dari India. Hal yang tak kalah menarik adalah cara penulis membuat hubungan antar tokoh dari awal cerita hingga akhir, peristiwa demi peristiwa saling berhubungan satu sama lain.

Pada awalnya aku sempat terkejut karena tokoh utama dalam cerita ini, Bujang menjadi pembela keluarga Tong. Keluarga yang menjalankan shadow economy, yang secara umum bisa dibilang “penjahat”, yang menjalankan bisnis legal sebagai cara mencuci uang, kamuflase bisnis ilegal. Dengan segala kesetiaan yang dimiliki, Bujang tampak lihai dengan sepak terjangnya sebagai kaki tangan penguasa shadow economy,. Bahkan beberapa cerita menggambarkan Bujang tak segan menghabisi nyawa musuh-musuhnya.

Setelah membaca beberapa bab, baru kusadari di situlah justru kekuatan kata “Pulang” sebagai judul berada. Bahwa sejauh apapun seseorang telah melangkah, tak pernah ada kata terlambat untuk pulang karena Tuhan akan selalu menerima dengan tangan terbuka. Pesan ini, penulis narasikan secara apik pada salah satu kalimat di bab penutup. Sungguh, sejauh apapun kehidupan menyesatkan, segelap apapun hitamnya jalan yang kutempuh, Tuhan selalu memanggil kami untuk pulang.

Kekurangan

Alur campuran yang dipilih penulis bisa jadi agak membingungkan bagi yang tak terbiasa membaca novel dengan alur sejenis. Penulis menyelipkan peristiwa kilas balik di tengah-tengah alur maju. Melihat tokoh Bujang dalam novel ini, cerdas, terampil, pemberani, dan gagah imajinasiku adalah sudah pasti dia bisa menjadi cowok idola di kampus. Apalagi Bujang bisa mengalahkan lari atlet olimpiade saat kuliah di Amerika. Sayang sekali, penulis tidak memberikan gambaran lebih gamblang bagaimana kehidupan tokoh utama dalam “dunia normal”, bagaimana teman kampusnya, apakah dia pernah jatuh cinta dengan teman kampus dan lain sebagainya.

Tentang Penulis

Penulis novel ini, Tere Liye tak asing lagi namanya penikmat novel di Indonesia. Novel tulisannya mencapai lebih dari 50 judul dan telah menjadi bacaan favorit berbagai kalangan. Wajar saja, Tere liye mampu menyuguhkan cerita dalam berbagai genre dari buku anak, keluarga, action hingga fiksi sains dan berbagai genre lainnya. Bahasa yang digunakan cukup sederhana dan mengalir. Bahkan aku sendiri yang membaca selalu penasaran jika belum menyelesaikan membaca novelnya. Novel Pulang ini bisa dibilang salah satu karyanya yang bergenre action.

Kesimpulan

Kesimpulanku adalah novel ini keren banget. Selain bahasanya mengalir dan ceritanya yang memuat penasaran, aku menemukan banyak pelajaran tentang nilai-nilai kehidupan di dalamnya. Buat Sobat yang ingin refreshing sekaligus mendapatkan pelajaran berharga, novel ini bisa menjadi pilihan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image