Selasa 22 Feb 2022 12:25 WIB

Saham BUKA tak Kunjung Rebound, Simak Rekomendasinya

Analis menyebut perubahan strategi BUKA bisa berpengaruh ke kinerja saham

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Logo Bukalapak. Pergerakan saham PT Bukalapak.com Tbk masih melanjutkan tren penurunan. Sejak resmi tercatat di Bursa Efek Indonesia pada Agustus tahun lalu, saham emiten bersandi BUKA ini terus melemah dari 850 dan kini bertengger di posisi 350.
Foto: Wikimedia Commons
Logo Bukalapak. Pergerakan saham PT Bukalapak.com Tbk masih melanjutkan tren penurunan. Sejak resmi tercatat di Bursa Efek Indonesia pada Agustus tahun lalu, saham emiten bersandi BUKA ini terus melemah dari 850 dan kini bertengger di posisi 350.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pergerakan saham PT Bukalapak.com Tbk masih melanjutkan tren penurunan. Sejak resmi tercatat di Bursa Efek Indonesia pada Agustus tahun lalu, saham emiten bersandi BUKA ini terus melemah dari 850 dan kini bertengger di posisi 350.

Pelaku pasar pun diminta lebih jeli dalam merespons saham BUKA. Analis Samuel Sekuritas Indonesia, Muhammad Farras Farhan, melihat daya saing BUKA di sektor marketplace akan cenderung menurun, seiring dengan perubahan strategi perusahaan untuk fokus mengembangkan ekosistem Mitra. 

Farras juga memperkirakan perubahan model bisnis Mitra menjadi storefront model yang direncanakan oleh BUKA akan memakan waktu yang cukup lama sebelum dapat terealisasi optimal. "Sehingga kami memproyeksikan adanya penurunan tren pertumbuhan TPV di tahun-tahun kedepan," kata Farras dalam risetnya dikutip Selasa (22/2).

Di sisi lain, persaingan industri e-commerce saat ini sangat ketat dengan potensi pertumbuhan yang sangat pesat. Dengan proyeksi nilai pasar mencapai 83 miliar dolar AS, cukup banyak pemain yang terlibat di industri e-commerce Indonesia saat ini, dengan dua pemain yang dominan: Tokopedia dan Shopee.

BUKA sendiri merupakan salah satu pionir industri e-commerce Indonesia, dan e-commerce sendiri merupakan kontributor terbesar TPV BUKA pada 2020 (70 persen). Namun, sektor e-commerce BUKA saat ini dihadapkan pada situasi sulit, dengan menurunnya jumlah pengguna akibat ketatnya persaingan di industri e-commerce Indonesia.

Saat ini BUKA telah mengubah strategi dan berfokus pada pengembangan bisnis Mitra, yang diproyeksikan akan menjadi penyumbang TPV terbesar perseroan ke depannya. Per September 2021, 51 persen dari total TPV BUKA datang dari segmen Mitra.

Farras memperkirakan hal serupa akan berlanjut pada tahun ini, dengan bisnis Mitra diperkirakan akan menyumbang TPV sebesar Rp 85,2 triliun atau 53 persen dari total TPV BUKA.

BUKA akan mulai mengubah model bisnis Mitranya ke model storefront, pada paruh kedua 2022. Namun, Farras melihat butuh waktu yang relatif lama untuk seluruh bagian bisnis Mitra BUKA dapat beradaptasi dengan model bisnis ini. Sehingga hal ini akan berdampak pada pertumbuhan TPV BUKA yang akan cenderung menurun untuk beberapa tahun ke depan. 

Baca juga: Kronologi Ketum KNPI Dipukuli Hingga Babak Belur: Diteriaki Bunuh!

Sepanjang 2022, Farras memproyeksikan TPV BUKA masih dapat bertumbuh sebesar 35 persen yoy menjadi Rp 160,8 triliun. Farras juga memproyeksikan BUKA memiliki blended take rate sebesar 1,6 persen yang membuat proyeksi pendapatan berada di Rp 2,5 triliun atau tumbuh 49 persen yoy.

"Dengan mempertimbangkan beberapa faktor yang telah disebutkan di atas, kami menginisiasi coverage kami terhadap BUKA dengan rekomendasi HOLD dan target harga Rp 400," kata Farras.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement