Rabu 23 Feb 2022 15:52 WIB

Data Kematian Pasien Covid-19 Perlu Dianalisis untuk Pengendalian Risiko

Audit kematian pasien Covid-19 juga perlu untuk menentukan cause of death.

Red: Reiny Dwinanda
Petugas bersiap memakamkan jenazah pasien Covid-19 di TPU Rorotan, Jakarta, Kamis (10/2/2022). Data kematian akibat Covid-19 perlu dipelajari lebih mendalam sebagai upaya pengendalian angka kematian di tengah tren peningkatan insidennya.
Foto: ANTARA/M Risyal Hidayat
Petugas bersiap memakamkan jenazah pasien Covid-19 di TPU Rorotan, Jakarta, Kamis (10/2/2022). Data kematian akibat Covid-19 perlu dipelajari lebih mendalam sebagai upaya pengendalian angka kematian di tengah tren peningkatan insidennya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Direktur Pasca Sarjana Universitas Yarsi Prof Tjandra Yoga Aditama mengungkapkan data kematian akibat Covid-19 perlu dipelajari lebih mendalam. Hal itu penting sebagai upaya pengendalian risiko kematian di tengah tren peningkatan insidennya.

"Ada tiga hal yang menjadi catatan dalam pengendalian kematian pasien Covid-19 di Indonesia dan yang pertama adalah melakukan analisis mendalam di empat aspek," ujar Prof Tjandra di Jakarta, Rabu (23/2/2022).

Baca Juga

Empat aspek analisis yang dimaksud ialah audit kematian untuk menentukan cause of death (COD) dan analisis perjalanan penyakit sejak tertular, timbul gejala ringan sampai berat, dan meninggal. Di samping itu, perlu analisis jenis varian dan bila mungkin jenisnya.

"Berikutnya, pastikan apakah ada keterlambatan pasien datang memeriksakan diri (patient’s delay), keterlambatan pelayanan kesehatan (health service delay), dan kalau ada berapa lama total keterlambatannya," kata Prof Tjandra.

Catatan kedua menyangkut tingkat keterisian kamar rumah sakit (BOR). Sekarang, angkanya masih sekitar 30 persen dan itupun belum dari kapasitas maksimal.

"Baiknya mereka yang ringan tetapi punya risiko menjadi berat dirawat inap di rumah sakit saja, tetapi apabila nanti BOR jauh meningkat maka baru aturan dikembalikan lagi menjadi hanya kasus sedang dan berat," ujar Prof Tjandra yang juga guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement