Sabtu 26 Feb 2022 06:24 WIB

Adab Pelantun Adzan

Muazin disunnahkan untuk memperlambat adzan

Red: A.Syalaby Ichsan
Muadzin mengumandangkan adzan di Masjid Al-Ikhlas Jatipadang, Jakarta, Rabu (23/2/2022). Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menerbitkan Surat Edaran Menteri Agama No SE 05 tahun 2022 tentang Pedoman Penggunaan Pengeras Suara di Masjid dan Musala, sebagai upaya untuk merawat persaudaraan dan harmoni sosial di lingkungan masyarakat Indonesia yang memiliki keberagaman dari sisi agama maupun keyakinan. Republika/Putra M. Akbar
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Muadzin mengumandangkan adzan di Masjid Al-Ikhlas Jatipadang, Jakarta, Rabu (23/2/2022). Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menerbitkan Surat Edaran Menteri Agama No SE 05 tahun 2022 tentang Pedoman Penggunaan Pengeras Suara di Masjid dan Musala, sebagai upaya untuk merawat persaudaraan dan harmoni sosial di lingkungan masyarakat Indonesia yang memiliki keberagaman dari sisi agama maupun keyakinan. Republika/Putra M. Akbar

REPUBLIKA.CO.ID, Meski tak masuk dalam rukun shalat, adzan merupakan elemen penting dalam shalat. Suara seorang muazin memiliki pengaruh untuk menggerakkan umat agar mau shalat berjamaah.Bagaimana sebenarnya adab seorang muadzin dalam melantunkan adzan di dalam Islam?

Seruan adzan terdiri dari lima belas kalimat, sebagaimana Bilal selalu melafazkannya di depan Rasulullah SAW.Baik adzan maupun iqamah mempunyai lafaz khusus. Kalimat-kalimat itu mengandung unsur akidah dan keimanan. Pertama yakni takbir yang bermakna mengandung pengagungan kepada Allah SWT. Kalimat ini dilanjutkan dengan penetapan bagi ke esaan Allah dan risalah Nabi SAW de ngan dua kalimat syahadat. Muazin lan tas meng ajak untuk melaksanakan shalat sebagai tiang agama. Tak hanya itu, muazin melantunkan ajakan untuk meraih kemenangan dan keabadian di dalam surga.

Adzan kemudian diakhiri dengan takbir dan kalimat ikhlas La Ilaha Illallah. Kalimat ini yang paling baik dan paling agung. Di dalam Fiqih Sehari-hari, Saleh Al Fau zan menjelaskan, penyeru azan atau muadzin harus memiliki beberapa sifat yak ni punya suara keras agar lebih terdengar oleh banyak orang. Dia pun dapat dipercaya karena azannya akan menjadi sandar an masuknya waktu shalat, puasa hingga berbuka puasa.

Muazin juga disunnahkan untuk memperlambat adzan. Adzan yang dilantunkan semestinya tidak terlalu lambat dan tidak terlalu pelan. Dia hendaknya berhenti di setiap penggalan kalimat. Dia dianjurkan juga untuk menghadap kiblat ke tika mengumandangkan adzan. Dia pun diimbau untuk meletakkan kedua jari di kedua telinga demi menambah keras suara.

Dia juga disunahkan untuk menengok ke kanan ketika menyebut hayya 'alashhalah dan menegok ke kiri saat mengumandangkan hayya 'alal falah'. Pada adzan Su buh, muazin mengumandangkan ashshalatu khairumminannaum usai melafaz kalimat hayya alal falah yang kedua. Kalimat ini dikumandangkan dua kali sesuai perintah Rasulullah SAW mengingat masih banyak orang tidur.

Lafaz adzan tidak boleh ditambah dengan zikir-zikir lain, baik sebelumnya mau pun sesudahnya dengan mengeraskan suara. Adzan juga tidak sah dilakukan sebe lum waktunya mengingat sifatnya sebagai pengingat waktu shalat. Namun, hukum ini tidak berlaku untuk adzan Subuh yang boleh dikumandangkan sebelum waktu nya. Tujuannya, agar orang-orang segera bersiap untuk melaksanakan shalat Subuh.

Syekh Muhammad Bin Shalih al- Utsaimin dalam Syarah Shahih Al-Bukhari mengungkapkan sebuah hadis yang me rujuk kepada azan. Rasulullah bersabda, "Rendahkanlah suara kalian dalam berdoa dan bertakbir!" (HR al-Bukhari dan Mus lim). Yang dimaksud adalah adzan jangan sampai dikumandangkan dengan teriakan yang mencemaskan. Adzan mestinya diperdengarkan dengan suara lebih lunak di sertai dengan mengangkat suara.

Pada masa sekarang, kita bisa menik mati teknologi berupa pengeras suara. De ngan sarana tersebut, muazin bisa mendapatkan kemudahan dalam menyerukan adzan. Hanya, dia menggarisbawahi jika muazin sedang memperdengarkan seruan kepada orang dengan pendengaran yang kuat. Dia beranalogi, apabila kita melihat dengan penglihatan lemah maka menggunakan alat bantu kacamata.

Di sisi lain, kita pun diperintahkan un tuk menjadi muazin dengan mengangkat suara apabila datang waktu shalat sementara kita berada di padang sahara. Syekh Utsmain mengutip kisah Abu Sa'id al- Khudri. Dia pernah berkata, "Sesungguh nya aku melihat kamu suka sekali melihat kam bing dan padang sahara. Maka apabila kamu sedang berada di sekitar kambingmu atau di padang sahara, maka azanlah un tuk shalat. Angkatlah suara panggilanmu karena sesungguhnya tidaklah jin, manusia dan segala sesuatu mendengar sejauh suara muazin melainkan ia akan bersaksi kepa da nya di hari kiamat." Abu Said berkata, "Aku mendengarnya dari Rasulullah SAW,"

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement