Sabtu 26 Feb 2022 10:26 WIB

Kantor Bupati Pasaman Barat Sediakan Dua Tenda Khusus Balita

Pemkab Pasaman Barat menyiapkan 10 tenda darurat untuk warga terdampak gempa.

Rep: Febrian Fachri/ Red: Nidia Zuraya
Warga berada di bawah tenda di depan rumahnya yang rusak akibat gempa di Jorong Pinagar, Nagari Aua Kuning, Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat, Jumat (25/2/2022). Sekitar 10 ribu pengungsi kini berada di halaman Kantor Bupati Pasaman Barat.
Foto: Antara/Iggoy el Fitra
Warga berada di bawah tenda di depan rumahnya yang rusak akibat gempa di Jorong Pinagar, Nagari Aua Kuning, Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat, Jumat (25/2/2022). Sekitar 10 ribu pengungsi kini berada di halaman Kantor Bupati Pasaman Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, PASAMAN BARAT --  Sekitar 10 ribu pengungsi kini berada di halaman Kantor Bupati Pasaman Barat. Para pengungsi ini berasal dari beberapa kabupaten yang terdampak gempa bumi bermagnitudo 6,2 kemarin, Jumat (25/2/2022).

Pantauan Republika.co.id di lokasi, para pengungsi ini beristirahat di 10 tenda darurat yang didirikan Pemda. Dua tenda dikhususkan bagi ibu yang membawa balita dan anak-anak.

Baca Juga

“Untuk yang membawa anak-anak, bayi, kita khususkan dua tenda. Tidak bercampur dengan pengungsi lainnya,” kata Wakil Bupati Pasbar, Risnawanto, Sabtu (26/2/2022).

Ia menyebut Pemda sudah menyiapkan akomodasi seperti makanan, minuman, obat-obatan dan kebutuhan bayi. Menurut Risnawanto, bantuan logistik masih terus berdatangan. Seperti dari BPBD, BNPB, BUMN dan lain-lain.

Risnawanto menyebut paling banyak pengungsi yang berada di Kantor Bupati Pasbar berasal dari Nagari Kajai dan Nagari Timbu Abu, Kecamatan Talamau. 70 persen rumah warga di kecamatan tersebut menurut Wabup hancur dan sekarang rata dengan tanah.

Salah seorang pengungsi dari Timbu Abu, Fitri Sisilna, mengatakan ia mengungsi bersama suami dan dua orang balita. Salah satu anaknya kini sedang mengalami demam karena sejak kemarin tidak ada makanan. 

“Kami sudah meminta obat yang disediakan polisi dan dinas kesehatan,” ujar Fitri.

Fitri menyebut karena rumahnya hancur, ia tak dapat menyelamatkan harta benda. Seluruh pakaiannya tertimbun kecuali yang dikenalan keluarganya sekarang.

Risna mengantri mendapatkan obat yang disediakan polisi di saat anaknya terus menangis karena tidak enak badan. “Tidak ada lagi yang kami punya. Kami sehari-hari bekerja hanya sebagai petani,” ucap Fitri.

Yusnelti warga Mudik Simpang, Kecamatan Talamau, mengatakan ia membutuhkan kebutuhan bayi. Sejak kemarin anaknya belum ganti pempers. Sehingga anaknya kerap menangis lantaran tidak nyaman. 

“Kami ingin kebutuhan anak-anak ini dipenuhi dulu. Pempers, pakaian bayi,” ucap Yusnelti.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement