Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Yosh Widyawan

Pelajar Terlanjur Senang PJJ

Lomba | Saturday, 26 Feb 2022, 15:33 WIB
Pavel Danilyuk dari Pexels" />
Ilustrasi:Foto oleh Pavel Danilyuk dari Pexels

Pandemi Covid 19 nampaknya belum bisa diprediksi akan berakhir sampai kapan. Bahkan jumlah para penderita terdampak covid akhir-akhir ini terpantau kembali naik, dilihat dari data berbagai daerah di Indonesia. Virus Corona jenis Omicron menurut pendapat para ahli penyebarannya lebih cepat dibandingkan jenis virus covid sebelumnya.

Beberapa aktivitas publik kembali dibatasi, termasuk proses belajar mengajar di sekolah. Yang tadinya sudah berangsur-angsur Pertemuan Tatap Muka (PTM) kini kembali (Pembelajaran Jarak Jauh)PJJ pada beberapa sekolah.

Ketentuan tentang PTM atau PJJ biasanya tergantung ketentuan dari Dinas Pendidikan setempat berdasarkan rekomendasi dari Gugus Tugas tiap daerah. Dengan melihat kondisi daerah masing-masing untuk mengambil keputusan terkait pengaturan aktivitas di sekolah.

Ada kemungkinan tergantung juga dengan apa yang terjadi pada setiap sekolah. Jika ada guru, siswa atau warga sekolah lain yang terdampak covid, ditindak lanjut dengan pemberlakuaan tertentu. Ada yang hanya siswa diberlakukan PJJ, bisa juga guru dan karyawan sekolah diberlakukan WFH (Work From Home).

Ada bermacam pengalaman menarik dari PJJ yang terpaksa dilakukan saat pandemi. Para guru dan siswa banyak mendapat pengalaman baru dari kebiasaan PJJ, dari metode pembelajaran yang berbasis internet dengan pemanfaat berbagai aplikasi yang tersedia, hingga para siswa dibiasakan belajar mandiri di rumah.

Namun disamping itu ternyata ada dampak kurang baik pula yang terjadi pada siswa. Banyak yang mengalami kecanduan pada gadget atau gawai. Mungkin penyebabnya bisa dimaklumi, anak hampir setiap hari memegang gawai dengan alasan mengerjakan tugas sekolah secara daring dan tanpa pengawasan orang tua yang kemungkinan sibuk bekerja.

Yang paling marak dan kentara yaitu para siswa begitu kecanduan game online. Game yang dimainkan secara online, dapat dimainkan bersama dengan orang lain dari lokasi yang berbeda dan dapat saling berinteraksi.

Para guru sering mengeluhkan hal ini, dilihat dari tugas-tugas online yang belum dikerjakan para siswa. Jika ditanyakan, ada siswa yang beralasan terganggu sinyal sulit, kuota habis, gawai sedang rusak,dll. Namun ketika guru mengunjungi siswa di rumah (home visit), dari pengakuan orang tua diketahui bahwa siswa sering tidak menggunakan gawai sebagaimana mestinya.

Ketika PJJ berlangsung seringkali para siswa berada di rumah, tanpa pengawasan orang tua. Para guru acapkali menghubungi orang tua untuk meminta bantuan dalam mengingatkan para siswa. Namun karena kesibukan kerja, orang tua agak kesulitan melakukan pemantauan terhadap proses belajar anaknya.

Dari para guru yang berkisah, ketika di sekolah pun ada keprihatinan terhadap para siswa terkait gawai. Ketika telah berlangsung PTM beberapa waktu, ada siswa yang terpantau kurang memperhatikan pelajaran dari guru atau tidak fokus pada pelajaran. Ada yang kedapatan begitu asyik berkirim pesan, melihat media sosial, bahkan sampai bermain game online saat pelajaran berlangsung.

Anak-anak generasi sekarang lebih cepat menguasai teknologi, apalagi sesuatu yang menarik bagi mereka. Seringkali ada hal-hal yang kurang diketahui atau dipahami oleh para orang tua. Ada siswa yang memanfaatkan aplikasi tertentu untuk menyelesaikan tugasnya. Hanya menyalin (copy paste) artikel kemudian diubah menjadi tulisan tangan dengan suatu aplikasi. Dan akhirnya tidak sungguh-sungguh mempelajari suatu hal, tapi hanya menyalin dengan cepat.

Contoh di atas merupakan contoh risiko perkembangan teknologi yang begitu cepat. Disamping itu tetap diwaspadai hal-hal lain dalam pemanfaatan internet. Dari tontonan atau game permainan yang berisi kekerasan, pornografi dan banyak hal lain yang negatif.

Ketika PJJ para siswa juga diharapkan tetap berada di rumah untuk belajar. Perlu pemantauan agar tidak keluyuran dengan bebas, berkerumun, bahkan tidak memakai masker dan mematuhi protokol kesehatan. Perlu kerjasama banyak pihak, dari sekolah, orang tua dan masyarakat untuk saling mengingatkan. Keteladan orang-orang dewasa dalam masyarakat juga sangat diperlukan untuk para siswa belajar dalam kehidupan sosial.

Pendampingan dalam pertemuan langsung memang tetap penting untuk dilakukan. Ada begitu banyak halangan dan tantangan saat pembelajaran jarak jauh. Berbagai cara yang tepat bisa dilakukan sesuai situasi dan kondisi lingkungan masing-masing.

Ada kalanya situasi yang tidak mengenakkan atau tidak nyaman justru bisa menjadi pengalaman berharga. Begitu pula saat pandemi ini, dapat memaksa seseorang untuk berkreasi mencari cara atau metode baru yang lebih tepat dan efektif.

Semua pasti berharap pandemi covid 19 segera berakhir. Banyak hikmah yang dapat kita peroleh dari setiap peristiwa. Salam sehat dan semangat.

YW, 26 Februari 2022

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image