Ahad 27 Feb 2022 10:32 WIB

Korut Kembali Uji Coba Rudal Balistik

Uji coba terakhir Korea Utara pada 30 Januari ketika tembakkan rudal Hwasong-12

Rep: Dwina Agustin / Puti Almas/ Red: Esthi Maharani
Peluncuran rudal korut.
Foto: EPA
Peluncuran rudal korut.

REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Kepala Staf Gabungan Korea Selatan melaporkan bahwa Korea Utara telah menembakkan satu rudal balistik yang dicurigai ke arah laut di lepas pantai timurnya dari lokasi dekat Sunan pada Ahad (27/2/2022). Wilayah itu merupakan tempat bandara internasional Pyongyang yang menjadi tempat uji coba rudal, termasuk sepasang rudal balistik jarak pendek yang ditembakkan pada 16 Januari.

Menteri Pertahanan Jepang Nobuo Kishi mengatakan tembakan rudal itu mungkin terbang setinggi 600 km, hingga jarak 300 km. "Sering ada peluncuran sejak awal tahun, dan Korea Utara terus mengembangkan teknologi rudal balistik dengan cepat," kata Kishi menegaskan tindakan itu mengancam keamanan Jepang, kawasan, dan komunitas internasional.

Uji coba terakhir Korea Utara adalah pada 30 Januari, ketika Korea Utara menembakkan rudal balistik jarak menengah Hwasong-12. Uji coba senjata terbesar sejak 2017, Hwasong-12 dilaporkan telah terbang ke ketinggian sekitar 2.000 km dan jangkauan 800 km dan mengakhiri peluncuran sebagian besar rudal jarak pendek pada Januari.

Peluncuran terbaru itu terjadi kurang dari dua minggu menjelang pemilihan presiden Korea Selatan 9 Maret. Muncul kekhawatiran oleh beberapa pihak di Seoul dan Tokyo bahwa Pyongyang mungkin akan terus maju dengan pengembangan rudal sementara perhatian internasional terfokus pada invasi Moskow ke Kiev.

"Peluncuran ini dilakukan saat komunitas internasional menanggapi invasi Rusia ke Ukraina, dan jika Korea Utara memanfaatkan situasi itu, itu adalah sesuatu yang tidak dapat kami toleransi," kata Kishi.

Kandidat presiden Korea Selatan yang konservatif, Yoon Suk-Yeol, memperingatkan pekan lalu bahwa Korea Utara dapat melihat krisis Ukraina sebagai kesempatan untuk meluncurkan provokasinya sendiri. Sedangkan analis menyatakan, bahkan sebelum invasi, pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mengawasi peningkatan uji coba rudal karena pembicaraan dengan Amerika Serikat dan sekutunya tetap terhenti.

"Perang Putin membentuk hampir semua geopolitik saat ini, dan seharusnya menjadi faktor dalam perhitungan Kim, tetapi bahkan 'mengambil keuntungan dari gangguan' tampaknya terlalu berlebihan, karena (Korea Utara) sudah menguji secara agresif sebelum perang," ujar profesor di Yonsei University Korea Selatan, John Delury.

Korea Utara yang memiliki hubungan dekat dengan Cina, tidak melakukan uji coba rudal apa pun selama Olimpiade Beijing pada Februari. Paralimpiade Musim Dingin 2022 dimulai di Beijing pada 4 Maret.

Pentagon atau Departemen Luar Negeri AS belum memberikan keterangan pada peluncuran terbaru Korea Utara ini. Namun, sejak lama Washington mengatakan pihaknya terbuka untuk melakukan pembicaraan dengan Pyongyang tanpa prasyarat, tetapi Pyongyang sejauh ini menolak tawaran itu sebagai tidak tulus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement